tag:blogger.com,1999:blog-12033300776561250362024-02-02T02:11:48.217-08:00AL-FATIHblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-30946792328713447242020-07-29T17:45:00.000-07:002020-07-29T17:45:55.911-07:00<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 7.5pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 15.0pt; mso-outline-level: 1; text-align: justify;"><b><span style="color: black; font-size: 14.0pt; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-themecolor: text1;">13 WNI Terpilih untuk Haji di Tengah Pandemi Covid-19<o:p></o:p></span></b></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTZFjACWl3G_PFv9dpi61rH2mOxesFRkwNR8gYuCPwF6e8Emf9LSBFzaDpqLeSu6qRqGWsxAbQJhkCu1bxg8lEJ3SjMLy7s1ie28F0RokOSESCh1v__VMDakgVgA5-rOGaq6atDYdFkjg/s795/13-wni-terpilih-untuk-haji-di-tengah-pandemi-covid-19-I4lERdBzN0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="795" height="379" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTZFjACWl3G_PFv9dpi61rH2mOxesFRkwNR8gYuCPwF6e8Emf9LSBFzaDpqLeSu6qRqGWsxAbQJhkCu1bxg8lEJ3SjMLy7s1ie28F0RokOSESCh1v__VMDakgVgA5-rOGaq6atDYdFkjg/w500-h379/13-wni-terpilih-untuk-haji-di-tengah-pandemi-covid-19-I4lERdBzN0.jpg" width="500" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><p style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">JAKARTA -</span></strong><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;"> Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali
mengatakan, ada 13 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Arab Saudi atau
ekspatriat terdaftar sebagai jamaah haji 1441 Hijriah.<o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: start;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">"Sampai sore ini, jumlah WNI
Ekspatriat di Saudi yang terdata sebagai calon jamaah haji ada 13 orang,"
kata Endang Jumali, Rabu (29/7/2020).<o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: start;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">Menurut Endang, 13 WNI tersebut
tinggal di Riyadh (1), Madinah (2), Yanbu' (1), Makkah (4), Jeddah (4), dan Al
Khobar (1).<o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: start;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">Mereka adalah Muhammad Wahyu,
Endan Suwandana, Ahmad Sujai, Huda Faristiya, 'Abdul Muhaemin, Siri Marosi,
Muhammad Toifurrahman, Ata Farida, Eni Wahyuni, Irma Tazkiya, M Zulkarnain, Ali
Muhsin Kemal, dan Akram Hadrami.<o:p></o:p></span></p><h4 style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: left;"><font face="Calibri, sans-serif"><span style="font-size: 18px;">Baca juga :Akhlaq Yang Baik</span></font></h4>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: start;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">"Waktu Subuh tadi di Saudi,
29 Juli 2020, mereka sudah mengambil miqat di Qarnul Manazil (Thoif).
Selanjutnya mereka melakukan Thawaf Qudum di Masjidil Haram," ujar Endang
dikutip dari laman resmi Kemenag.<o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; margin-bottom: 7.5pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">Malam
ini, kata Endang, mereka menginap di Mina untuk menjalani Tarwiyah. Besok pagi,
mereka bertolak ke Arafah.<o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin: 0cm 0cm 7.5pt; text-align: start;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 13.5pt;">"Di Arafah, mereka akan
menggunakan tenda wilayah negara-negara Arab. Di Mina, mereja menggunakan Hotel
Abroj Mina yang berada di dekat Jamarat," ujarnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="background: white; font-size: 13.5pt; line-height: 107%;">Perjalanan mereka
menggunakan bus dari perusahaan Saptco dan Samaya," tandasnya.</span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-81936265965754371532018-10-12T22:31:00.001-07:002018-10-12T22:31:47.873-07:00AKHLAQ YANG BAIK<br />
<br />
<br />
<br />
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan(amal kebajikan) selain akhlak yang baik“ (Shahih Jami).<br />
<br />
<br />
<br />
“Sesungguhnya seseorang yang berakhlak baik akan mendapatkan derajat orang yang bangun malam (beribadah), dan puasa pada siang harinya” (Shahih Jami).<br />
<br />
<br />
<br />
“Sesungguhnya orang yang paling dekat di antara kalian kepadaku pada hari kiamat adalah mereka yang akhlaknya baik di dunia “ (Shahih Jami’).blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-39174688082860403372018-10-10T06:14:00.003-07:002018-10-10T06:14:36.086-07:00PENJELASAN RINGKAS TENTANG MANHAJ<br />
<br />
<br />
📖 S O A L :<br />
<br />
Apakah yang dimaksud dengan manhaj?<br />
<br />
📨 J A W A B :<br />
<br />
✅ Manhaj secara ringkas artinya CARA BERAGAMA.<br />
<br />
👉🏻 Manhaj inilah yang nantinya akan mengantarkan, mengarahkan, dan membentuk cara beragamanya seseorang, aqidahnya, ibadahnya, dan seterusnya.<br />
<br />
📖 S O A L :<br />
<br />
Kalau begitu manhaj lebih luas daripada aqidah?<br />
<br />
📨 J A W A B :<br />
<br />
🔹 Betul!<br />
<br />
📖 S O A L :<br />
<br />
Dan manhaj juga yang menentukan aqidah seseorang?<br />
<br />
📨 J A W A B :<br />
<br />
💠 Benar!<br />
Kalau manhaj saudara sesat dan bathil, maka kesesatan didalam manhaj ini akan terbawa kedalam aqidah dan ibadah saudara.<br />
<br />
📍 Misalnya manhaj saudara khawarij, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun secara khawarij.<br />
<br />
📍 Kalau saudara bermanhaj sufi, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun sesuai dengan manhaj saudara yaitu sufi.<br />
<br />
📍 Kalau saudara bermanhaj filsafat, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun sesuai dengan manhaj saudara yaitu filsafat.<br />
<br />
📍 Kalau saudara bermanhaj dengan manhaj jama’ah tabligh, maka dengan sendirinya aqidah, ibadah, adab dan akhlak saudara akan terbentuk persis dengan manhaj yang saudara anut yaitu jama’ah tabligh.<br />
<br />
📍 Kalau saudara bermanhaj dengan manhajnya kelompok Paramadina pimpinan Nurcholis Majid dan anaknya yang bernama sekte JIL (Jaringan Islam Liberal), maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudara dan seterusnya sesuai dengan kelompok paramadina, satu aliran bathiniyyah gaya baru yang tujuannya membatalkan syari’at Rabbul ‘Alamin.<br />
<br />
📍 Kalau saudara bermanhaj dengan manhaj-nya Ikhwanul Muslimin, yang mengumpulkan dan menggabungkan hampir dari seluruh firqah sesat yang ada di dalam Islam, maka manhaj saudarapun akan terbentuk sesuai dengan aliran saudara dan tokoh yang saudara ikuti dan idolakan di dalam tubuh Ikhwanul Muslimin yang di dalamnya terdapat bermacam-macam firqah bersama pecahan-pecahannya.<br />
<br />
📍 Kalau saudara berkiblat kepada Hasan Al Banna-pendiri Ikhwanul Muslimin- atau Said Hawa atau Tilmisani dan yang sepaham dengan ketiganya, maka manhaj saudara akan terbentuk menjadi manhaj sufi dan quburiyyun.<br />
Kalau saudara berkiblat kepada Sayid Quthub, maka manhaj saudara akan terbentuk menjadi<br />
manhaj khawarij.<br />
<br />
📍 Kalau saudara berkiblat kepada Muhammad Al Ghazali dan Yusuf Qardhawiy, maka manhaj saudara akan terbentuk manjadi mu’tazilah yang asy’ariyyah atau asy’ariyyah yang mu’tazilah yang bersatu padu dengan jahmiyyah.<br />
<br />
✅ Walhasil, manhaj itulah yang akan menentukan beragamanya seseorang, apakah benar atau salah ?<br />
Oleh karena manhaj ada yang benar dan salah, yang haq dan yang bathil, maka wajib bagi kita untuk berpegang dengan manhaj yang haq yang telah dikabarkan oleh Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ di dalam sabdanya,<br />
“Yang aku pada hari ini bersama para Shahabatku berada di atasnya”. Yakni manhaj salaf, yang secara haqiqi mereka inilah yang dinamakan dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.<br />
<br />
📚 Kitab Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa Ilaihi, hal. 95, 96, 97.<br />
<br />
✍🏻 Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ<br />
<div>
<br /></div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-49733350009687482372018-10-10T06:10:00.004-07:002018-10-10T06:10:31.360-07:00Haji Dulu Atau Umrah Dulu?<br />
<br />
Mana yg harus sy dahulukan antara haji dg umroh?, smentara haji antrinya bisa puluhan tahun…<br />
<br />
Jawab:<br />
<br />
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,<br />
<br />
Haji lebih utama dibandingkan umrah. Baik umrah ketika ramadhan maupun umrah di luar ramadhan. Ada beberapa dalil yang menunjukkan hal itu, diantaranya,<br />
<br />
1⃣ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br />
<br />
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا. وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ<br />
<br />
Umrah ke umrah berikutnya adalah kaffarah dosa antara keduanya. Dan tidak ada balasan untuk haji mabrur selain surga. (HR. Bukhari 1773 & Muslim 1349).<br />
<br />
2⃣ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br />
<br />
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ<br />
<br />
Siapa yang haji dan dia tidak melakukan rafats atau tindakan kefasikan, maka dia kembali dalam kondisi seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. (HR. Ahmad 7136, Ibnu Khuzaimah 2514 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)<br />
<br />
3⃣ Ada sahabat bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br />
<br />
“Amal apakah yang paling afdhal?”<br />
<br />
“Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
“Selanjutnya amal apa?” tanya sahabat.<br />
<br />
“Jihad fi Sabilillah.” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
“Selanjutnya amal apa?” tanya sahabat.<br />
<br />
“Haji yang mabrur.” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
(HR. Bukhari 26 & Muslim 83).<br />
<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan haji sebagai amala paling utama setelah jihad fi sabilillah. Dan yang dimaksud dalam hadis adalah haji sunah.<br />
<br />
Karena itulah, mayoritas ulama mengatakan, wajib segera melakukan haji bagi yang mampu.<br />
<br />
Ibnu Qudamah mengatakan,<br />
<br />
من وجب عليه الحج , وأمكنه فعله , وجب عليه على الفور , ولم يجز له تأخيره . وبهذا قال أبو حنيفة ومالك<br />
<br />
Orang yang wajib melakukan haji dan memungkinkan untuk melakukannya maka wajib segera berhaji, dan tidak boleh ditunda. Dan ini merupakan pendapat yang disetujui Abu Hanifah dan Malik. (al-Mughni, 3/212)<br />
<br />
Kemudian beliau menyebutkan dalilnya, yaitu firman Allah,<br />
<br />
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ<br />
<br />
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..” (QS. Ali Imran: 97).<br />
<br />
Kemampuan yang dimaksud mencakup kemampuan dana dan kemampuan fisik.<br />
<br />
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,<br />
<br />
والاستطاعة نوعان : استطاعة بالبدن ، واستطاعة بالمال ، فالاستطاعة بالمال شرط للوجوب ، والاستطاعة بالبدن شرط للأداء<br />
<br />
Kemampuan itu ada 2: kemampuan fisik dan kemampuan dana. Kemampuan dana menjadi syarat wajib haji. Sementara kemampuan fisik menjadi syarat pelaksanaan. (al-Liqa as-Syahri, 1/391).<br />
<br />
Kesimpulannya, bagi yang dananya terbatas, hanya mampu untuk memenuhi salah satu, antara daftar haji atau melaksanakan umrah maka dahulukan haji. Meskipun harus menanti beberapa tahun.<br />
<br />
Di Indonesia, biaya untuk mendapatkan porsi haji sebesar 25 juta. Bagi anda yang sudah memiliki tabungan senilai 25jt, segera daftar haji, meskipun usia anda masih muda. Karena ini bagian dari ikhtiyar untuk memenuhi kewajiban segera haji.<br />
<br />
Demikian, Allahu a’lam.<br />
<br />
👤 Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariahblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-4973057161745795752018-10-10T06:03:00.000-07:002018-10-10T06:03:07.687-07:00<br />
Cara Allah menyayangimu bukan dengan meringankan masalahmu, tapi dengan menguatkan jiwamu sehingga sehebat apapun masalahmu kau tetap bertahan dan tak menyerah.<br />
<br />
Cara Allah menyayangimu bukan dengan mengurangi beban yang kau pikul, tapi dengan mengokohkan pundakmu, sehingga kau mampu memikul amanah yang diberikan kepadamu,<br />
<br />
Cara Allah menyayangimu mungkin tak dengan memudahkan jalanmu menuju sukses, tapi dengan kesulitan yang kelak baru kau sadari bahwa kesulitan itu yang akan membuatmu semakin berkesan dan istimewa.<br />
<br />
Hidup itu ...<br />
Butuh masalah supaya kita punya kekuatan.<br />
Butuh pengorbanan supaya kita tahu cara bekerja keras.<br />
Butuh air mata supaya kita tahu merendahkan hati.<br />
Butuh dicela supaya kita tahu bagaimana cara menghargai.<br />
Butuh tertawa supaya kita tahu mengucap syukur,<br />
Butuh senyum supaya tahu kita punya cinta,<br />
Butuh orang lain supaya tahu kita tidak sendiri<br />
<br />
Beberapa luka tidak diciptakan untuk sembuh, tidak pula untuk menetap.<br />
<br />
Jika ia berakhir dengan ke IKHLASAN, ia akan lahir menjadi cahaya yang itu adalah hadiah terindah dari Allah.<br />
<br />
Berbahagialah pada taqdir dengan penerimaan yang tulus, Sungguh mengajari hati BERBAIK SANGKA itu Indah.<br />
<br />
Niscaya kita semua diberikan keselamatan, kesehatan, kekuataan, kesabaran dan rezeki yang melimpah, Aamiin.<br />
<br />
_Salam #GPS, Gerakanpedulisesama Semoga Allah selalu memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk kita semua...Aamiin<br />
<br />blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-38114126399267877412017-05-14T18:26:00.001-07:002017-05-14T18:27:31.897-07:00Apakah Dzulqarnain Seorang Nabi? <div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjawab:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat yang lebih rajih (kuat) adalah bahwa Dzulqarnain itu seorang Nabi. Inilah pendapat yang lebih kuat. Sebagian ulama memang mengatakan bahwa Dzulqarnain adalah orang yang shalih dan raja yang shalih. Namun zhahir dari ayat-ayat Al Qur’an Al Karim menunjukkan bahwa ia adalah seorang Nabi. Oleh karena itu Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَيَسْأَلونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْراً إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَباً</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya“. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu‘” (QS. Al Kahfi: 83-84).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga akhir kisah. Maka dari zhahir konteks ayat-ayat ini, menunjukkan ia adalah seorang Nabi yang menerima perintah-perintah dari Allah ‘Azza wa Jalla.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al Qur’an, dalam surat Al Kahfi, berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَيَسْأَلونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْراً إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَباً فَأَتْبَعَ سَبَباً حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْماً قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْناً قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَاباً نُكْراً وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْراً هذا السياق يقتضي أنه من أمر الله وأن الله أمره بهذا، ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَباً حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْراً كَذَلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْراً ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَباً حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْماً لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْماً آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَاراً قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْراً فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْباً قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya”. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Dzulqarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu”. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”” (QS. Al Kahfi: 83-98).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ayat-ayat ini secara zhahirnya dipahami bahwa semua itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, konteksnya menunjukkan bahwa Dzulqarnain menerima perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk tersebut dari Allahi Azza wa Jalla. Dan ini adalah ciri seorang Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://muslim.or.id/29430-apakah-dzulqarnain-seorang-nabi.html</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-80209645135501504072017-05-14T18:22:00.002-07:002017-05-14T18:22:46.166-07:00Perkembangan Dakwah Sunnah Di Belanda<div style="text-align: justify;">
Perkembangan Dakwah Sunnah Di Belanda</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwah sunnah di Belanda juga diramaikan dengan berbagai pengajian yang membahas kitab-kitab para ulama ahlus sunnah dalam bidang tauhid, aqidah, fiqih, tafsir, akhlak, bahasa Arab, dan sebagainya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belanda, salah satu di antara negara maju di Eropa barat, dengan kehidupan yang serba bebas sebagaimana kehidupan warga Eropa secara umum. Meskipun sampai saat ini mayoritas warganya tidak beragama, sedikit demi sedikit pemeluk agama Islam semakin bertambah dari tahun ke tahun. Berkembangnya Islam di Belanda tidak terlepas dari migrasi besar-besaran setelah perang dunia ke dua, di mana Belanda membutuhkan tenaga kerja asing dalam jumlah besar untuk melakukan percepatan pembangunan di berbagai bidang. Masuklah penduduk muslim yang didominasi berasal dari Turki dan Maroko ketika itu, dan dalam jumlah yang lebih kecil berasal dari Suriname. Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak pula warga asli Belanda yang masuk Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan Islam pun semakin pesat dengan semakin banyaknya masjid yang didirikan di Belanda. Masjid-masjid ini sebagiannya merupakan gereja yang dialih-fungsikan menjadi masjid. Hal ini dilatarbelakangi karena semakin sepi dan merosotnya jumlah jamaah gereja mereka, sehingga mereka pun kesulitan secara ekonomi untuk memelihara dan merawat bangunan gereja. Sehingga akhirnya, aset-aset bangunan gereja dijual, di antaranya kepada umat muslim, yang kemudian diubah menjadi masjid. Sebagian dijual dalam harga yang relatif murah. Secara finansial, hal ini jauh lebih murah dibandingkan membuat dan mendirikan masjid baru sejak awal, di mana proses perijinan juga lebih sulit. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak masjid di Belanda dari luar tampak seperti gereja. Suasana masjid baru didapatkan jika kita memasuki bangunan masjid tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi “Islam” di Belanda</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat sejarah mulai berkembangnya Islam di Belanda, maka tidak heran jika ada banyak aliran yang bisa kita temui di Belanda. Kita bisa menjumpai pemeluk agama Syi’ah di sini. Bahkan di Belanda ini pula, penulis berjumpa dengan pemeluk Syi’ah pertama kali dalam sejarah hidup penulis. Perjumpaan ini berawal dari keheranan penulis ketika melihat salah seorang teman di kampus yang selalu menolak untuk shalat berjamaah bersama kami, dan lebih memilih untuk shalat sendiri. Perkenalan selanjutnya akhirnya terkuak bahwa teman ini adalah pemeluk Syi’ah. Begitu pula dengan penganut sufiyah (tasawwuf), yang rata-rata didominasi oleh penduduk muslim Turki. Di sini pula penulis secara tidak sengaja menghadiri acara tari-tarian sufi mereka. Masih ada lagi dengan Jamaah Tabligh (JT) yang datang silih berganti ke Belanda dari berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara lainnya, dengan difasilitasi sesama pengikut JT yang ada di sini, sebagaimana yang sudah berulang kali penulis temui. Belum lagi mereka yang sudah terpengaruh dengan pemikiran liberal dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun siapa sangka, di balik semua itu, dakwah sunnah sedikit demi sedikit mulai tumbuh subur di Belanda. Dakwah yang mengajak kepada aqidah Islam yang murni, yang bersih dari kemusyrikan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Entah bagaimana awalnya, dakwah yang penuh berkah ini ternyata mulai berkembang dan tumbuh subur di Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid dan Organisasi sebagai Pusat Dakwah Sunnah di Belanda</div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid adalah pusat dakwah, di mana berbagai kegiatan dakwah seperti kajian-kajian ilmu diselenggarakan. Masjid merupakan elemen penting sebagai pusat kegiatan keagamaan di Belanda, seperti shalat lima waktu, shalat Jum’at, dan aktivitas selama bulan Ramadhan seperti shalat tarawih, pengumpulan zakat dan sebagainya. Juga pusat pelaksanaan ibadah di hari raya, termasuk pengumpulan dan penyaluran hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini, semakin banyak dijumpai masjid yang digunakan sebagai pusat dakwah sunnah di Belanda. Hal ini bisa dilihat di antaranya dengan kegiatan kajian ilmu yang dilaksanakan dengan mengkaji kitab-kitab para ulama ahlus sunnah. Di antara masjid yang menjadi pusat dakwah sunnah di Belanda antara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid al-Mouahiddin, Ede. Alamat: Peppelensteeg 1, Ede.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid As-Sunnah, Tilburg. Alamat: Benatzkystraat 6, Tilburg. Masjid ini sudah dari dahulu terkenal dengan dakwah untuk mengajak kepada aqidah yang murni –in syaa Allah-. Masjid ini dikelola oleh salah satu ulama terbesar di Eropa dan salah seorang murid Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, yaitu Syaikh Ahmad Salaam atau dikenal juga dengan Syaikh Abu Suhaib hafidzahullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid el-Feth, Tilburg. Alamat: Academielaan 9, 5037 ET Tilburg.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid As-Soennah, Den Haag. Alamat: Fruitweg 5, 2525 KE Den Haag.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Quba, Den Haag. Alamat: Beeklaan 69-71, Den Haag.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid el-Oemma (baca: ummah), Den Haag. Alamat: Guido Gazellestraat 48, 2524 CM Den Haag.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Imaam Maalik, Utrecht. Alamat: Orinocodreef 17, 3563 ST Utrecht.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid al-Fitrah, Utrecht. Alamat: Pahud de Mortagnesdreef 41, Utrecht.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid al-Furqaan, Eindhoven. Alamat: Otterstraat 2, Eindhoven.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid al-Ihsane (baca: Ihsaan), Amsterdam. Alamat: Medes da Costahof 32, 1067 ZN Amsterdam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Badr, Amsterdam. Alamat: Willem Leevendsstraat 7, 1055 KB Amsterdam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Tawheed (baca: Tawhid), Amsterdam. Alamat: Jan Hanzenstraat 114, 1053 SV Amsterdam. (Masjid ini adalah salah satu pusat dakwah sunnah di Amsterdam, ibu kota Belanda).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Assalaam, IJmuiden (baca: Aimauden). Alamat: Celsiusstraat 23, 1973RM Ijmuiden.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid As-Soennah, Zwolle. Alamat: Schubertstraat 41, 8031ZC Zwolle.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain masjid-masjid di kota besar di atas, masih ada lagi masjid kecil di kota–kota kecil yang tersebar di Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada pula organisasi yang bertujuan untuk mendakwahkan sunnah, di antaranya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
IVOE (Instituut voor Onderwijs en Educatie = Institusi untuk Tarbiyyah dan Edukasi). Organisasi ini tidak mempunyai headquarters (kantor pusat atau markas), tetapi menyelenggarakan berbagai kursus yang bisa ditemui di seluruh Belanda dan di beberapa kota di Belgia. Kursus-kursus yang diselenggarakan oleh IVOE dapat dilihat di: http://nl.ivoe.nl/opleidingen/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SMJ (Stichting Moslim Jongeren). Organisasi untuk anak-anak muda muslim. Pusatnya di Masjid Imaam Malik, di kota Utrecht.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadwal Pengajian dengan Kitab-Kitab para Ulama Ahlus Sunnah</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwah sunnah di Belanda juga diramaikan dengan berbagai pengajian yang membahas kitab-kitab para ulama ahlus sunnah dalam bidang tauhid, aqidah, fiqih, tafsir, akhlak, bahasa Arab, dan sebagainya. Berikut kami sebutkan beberapa kajian Islam yang diselenggarakan oleh empat masjid besar di Belanda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid Al-Mouahiddin, Ede.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hari Jum’at 17.30 – 21.30 CET, membahas “Kitaab at-Tauhiid” dan “Tsalaatsatul Ushuul” karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan kitab “Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz” karya Syaikh ‘Abdul ‘Adzim Badawi. Setiap pekan hanya membahas satu kitab saja (berganti-ganti). Kajian ini menggunakan bahasa pengantar dalam bahasa Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid as-Sunnah, Tilburg.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengajian di Masjid As-Sunnah, Tilburg, yang dikelola oleh Syaikh Ahmad Salaam hafidzahullah, dibagi dalam dua level:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari Jum’at (18.00 – 22.00), Level 1 (kelas pemula): “Tsalaatsatul Ushuul”; “Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz”; dan pelajaran tentang dzikir. Kajian level 1 menggunakan bahasa pengantar dalam bahasa Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari Minggu (18.00 -22.00), Level 2 (kelas lanjutan): “Kitaab at-Tauhiid”; “Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz”; dan hadits “Al-Arba’in An-Nawawiyyah”. Kajian level dua menggunakan bahasa pengantar dalam bahasa Belanda dan bahasa Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid As-Soennah, Den Haag.</div>
<div style="text-align: justify;">
Senin (setelah Maghrib): Syarh Shahih al-Bukhaari (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Selasa (setelah Maghrib): Tafsir Al-Qur’an (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Rabu (setelah Maghrib): Ushuul as-Sunnah karya Imaam Ahmad (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kamis (setelah Maghrib): Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Jum’at (setelah Maghrib): Syarh ‘Umdatul Ahkaam (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Sabtu (setelah Maghrib): Adab wal Akhlaaq (dalam bahasa Arab)</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk jadwal yang lebih tepat, bisa mengunjungi situs: http://al-yaqeen.com/agenda/agenda.php</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masjid al-Furqaan, Eindhoven.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rabu jam 19.00 – 20.30: Tsalaatsatul Ushuul .</div>
<div style="text-align: justify;">
Minggu jam 09.00 – 14.00: Les Bahasa Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwah dengan Televisi atau Facebook</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika di Indonesia kita mengenal adanya Rodja TV, Yufid TV dan sebagainya, maka demikian pula di Belanda, dakwah dengan media seperti ini juga mulai marak, seperti: SunnahTV, FitrahTV, SOS-Stichting, Al-Yaqeen livestream, IslaamTV, DawahTV, dan SadaqaTV. Dakwah dengan media-media seperti ini pun memiliki nilai penting tersendiri untuk lebih memperluas jangkauan dakwah ke seluruh penjuru Belanda, tidak hanya di masjid-masjid saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula dakwah melalui facebook pun bisa dijumpai, dan bisa di–follow untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Di antaranya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suhayb Salam: (https://www.facebook.com/suhayb.salam.9)</div>
<div style="text-align: justify;">
Abderrahman aboe Jouwairiah: (https://www.facebook.com/Abderrahman-Aboe-jouwairiah-1465333780428160/timeline/)</div>
<div style="text-align: justify;">
Fadjr Ahmed Salam: (https://www.facebook.com/fadjr.ahmedsalam)</div>
<div style="text-align: justify;">
Stichting alFitrah: (https://www.facebook.com/StichtingalFitrahNL)</div>
<div style="text-align: justify;">
IVOE: (https://www.facebook.com/Instituut-voor-Opvoeding-Educatie-375716429135397/timeline/)</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Yaqeen: (https://www.facebook.com/alyaqeenweb)</div>
<div style="text-align: justify;">
SadaqaTV: (https://www.facebook.com/SadaqaTv)</div>
<div style="text-align: justify;">
SMJ: (https://www.facebook.com/MoslimJongeren)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dauroh Musiman di Belanda</div>
<div style="text-align: justify;">
Di musim dingin, beberapa masjid menyelenggarakan dauroh musim dingin, seperti di Masjid As-Soennah Den Haag, Masjid Assunnah Tilburg, Masjid Al-Furqaan Eindhoven, Masjid Al-Fitrah Utrecht, Masjid Imaam Maalik Utrecht, dan Masjid Tawheed Amsterdam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di musim panas di Belanda biasanya mengadakan “zomerschool” (summer school). Seperti dauroh menghafal Al-Qur’an selama sebulan yang diadakan di Masjid Al-Furqaan Eindhoven dan Masjid As-Soennah Den Haag. Intinya, di setiap liburan sekolah pasti ada dauroh dan bisa dilihat di situs–situs masjid yang disebutkan untuk menambah informasi tentang hal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah gambaran sekilas tentang bagaimanakah dakwah sunnah yang mulai tumbuh suburu di negeri Belanda. Semoga Allah Ta’ala menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai disusun menjelang ‘isya, Rotterdam, Sabtu 20 Dzulhijjah 1436</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: M. Saifudin Hakim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel Muslim.or.id</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta h</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://muslim.or.id/26690-perkembangan-dakwah-sunnah-di-belanda.html</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-77396858546807860932017-05-14T18:17:00.003-07:002017-05-14T18:17:53.366-07:00Biografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani (2)<br />
Ini dia pokok-pokok dakwah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dan daftar karya ilmiah beliau yang sangat banyak dan luar biasa. Semoga Allah merahmati beliau.<br />
<br />
Pokok-pokok dakwah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani<br />
Syaikh Ibrahim Al Hasyimi dalam Shafahat Musyriqah min Hayati Asy Syaikh Al Albani (144-145) mengatakan:<br />
<br />
“Pembahasan mengenai dakwah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dan jasa-jasanya dalam dakwah dan jihad adalah pembahasan yang panjang. Oleh karena saya akan ringkaskan pokok-pokok dakwah beliau dalam poin-poin berikut:<br />
<br />
Mendakwahkan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih, serta meninggalkan fanatik madzhab dan fanatik terhadap pendapat individu<br />
Mendakwahkan untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dipahami oleh salafus shalih radhiallahu’anhum, karena tidak ada jalan untuk kejayaan umat kecuali dengannya.<br />
Mendakwahkan untuk mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla semata, serta menjelaskan akidah salafus shalih dalam asma wa shifat Allah dan dalam bab akidah yang lain.<br />
Mendakwahkan untuk totalitas dalam meneladani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagai perwujudan dari syahadat “anna muhammadar rasulullah“.<br />
Memperingatkan orang untuk menjauhi kesyirikan dengan berbagai bentuk dan wujudnya.<br />
Memperingatkan orang untuk menjauhi firqah sesat seperti Ahmadiyah Qadhiyaniyah, Syi’ah Rafidhah, Ingkarus Sunnah.<br />
Memperingatkan orang untuk menjauhi bid’ah, perbuatan-perbuatan munkar, adat istiadat dan budaya luar yang dimasukan ke dalam masyarakat Muslim.<br />
Memperingatkan orang untuk menjauhi bid’ah secara umum sebagaimana telah diperingatkan oleh Allah Ta’ala untuk menjauhinya.<br />
Mencurahkan tenaga untuk menjaga warisan para salaf dengan mentahqiq kitab-kitab akidah dan kitab-kitab hadits, dan menghidupkan semangat ini.<br />
Mengenalkan sunnah-sunnah yang shahih kepada umat agar mereka mengamalkannya dan mengenalkan yang dhaif-dhaif agar mereka menjauhinya, serta menghidupkan semangat untuk senantiasa mengecek validitas dalil sebelum beramal.<br />
Menghidupkan banyak sunnah mahjurah (sunnah-sunnah yang telah ditinggalkan) di berbagai negeri melalui tulisan-tulisan beliau dan juga majelis ta’lim.<br />
Penentangan keras beliau terhadap orang-orang yang terpengaruh pemikiran takfiri kontemporer yang merupakan pemikiran menyimpang. Dan beliau menghalangi para pemuda dari pengaruh pemikiran yang fatal ini.<br />
Menjelaskan kedudukan hadits dalam Islam, bahwasanya umat tidak bisa hanya mencukupkan diri pada Al Qur’an saja.<br />
Menjelaskan validnya berhujjah dengan hadits dalam masalah akidah, sebagaimana juga ia adalah hujjah dalam masalah fikih.<br />
Mendakwahkan manhaj tashfiyah (yaitu membersihkan Islam dari hal-hal yang bukan berasal dari Islam) dan tarbiyah (pendidikan) umat untuk berpegang pada manhaj yang murni tersebut.<br />
Memperingatkan orang untuk menjauhi fanatik terhadap organisasi massa, yayasan dan partai yang dijadikan sebagai patokan al wala wal bara’“.<br />
Sebagian aktifitas dakwah beliau<br />
Syaikh Al Albani menjadi pembicara dalam Nadwah (simposium) Al Allamah Muhammad Bahjat Al Baithar rahimahullah bersama para profesor dari Majma Al Ilmi di Damaskus, diantaranya profesor Izzuddin At Tanuhi. Mereka mengajarkan kitab Al Hamasah karya Abu Tammam.<br />
Fakultas Syariah di Universitas Damaskus meminta Syaikh Al Albani untuk mentakhrij hadits-hadits seputar fikih jual-beli yang ada di Mausu’ah Fiqhil Islami yang akan mereka terbitkan pada tahun 1955M.<br />
Syaikh Al Albani dipilih sebagai anggota dewan Lajnah Hadits yang dibentuk oleh Suriah dan Mesir yang tugasnya adalah menyebarkan kitab-kitab sunnah dan mentahqiqnya.<br />
Univesitas Salafiyah di Benares, India, meminta Syaikh Al Albani untuk mengajar hadits di sana. Namun beliau menolaknya karena sulitnya tinggal bersama anak-anak dan istrinya, sebab ketika itu India dalam keadaan perang dengan Pakistan.<br />
Menteri pendidikan di Saudi Arabia, Syaikh Hasan Abdullah Alu Asy Syaikh pada tahun 1388H juga pernah meminta Syaikh Al Albani untuk menjadi musyrif di Departemen Pendidikan Tinggi Universitas Ummul Qura’ di Makkah. Namun Syaikh Hasan Abdullah Alu Asy Syaikh lengser sebelum mewujudkan keinginan tersebut.<br />
Syaikh Al Albani diangkat menjadi dewan Majelis A’la di Universitas Islam Madinah periode 1395 – 1398H.<br />
Syaikh Al Albani melakukan safari dakwah ke Spanyol, diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Muslim Spanyol, dan menyampaikan muhadharah (tabligh akbar) penting dengan judul Al Hadits Hujjah bi Nafsihi fil ‘Aqaid wal Ahkam (hadits adalah hujjah independen dalam perkara akidah dan fikih).<br />
Syaikh Al Albani berkunjung ke Kuwait dan menyelenggarakan banyak muhadharah dan juga majelis ta’lim. Juga mengunjungi Uni Emirat Arab dan Qatar, menyelenggarakan beberapa muhadharah di sana. Diantaranya muhadharah berjudul Manzilatus Sunnah Fil Islam (kedudukan as sunnah dalam Islam).<br />
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah selaku ketua Lajnah Daimah juga menugaskan Syaikh Al Albani untuk mendakwahkan tauhid dan sunnah serta manhaj Islam yang benar di Mesir, Afrika dan Britania.<br />
Syaikh Al Albani juga diundang ke berbagai muktamar. Beliau hadiri sebagiannya dan tidak bisa hadir pada mayoritasnya, karena kesibukan beliau berdakwah.<br />
Syaikh Al Albani juga mengunjungi beberapa negara di Eropa, seperti Almenia, dan mengunjungi organisasi-organisasi Islam serta pelajar Muslim di sana. juga mengadakan beberapa sesi majelis ta’lim.<br />
Murid-murid beliau<br />
Murid-murid Syaikh Al Albani sangatlah banyak, yang paling menonjol diantaranya:<br />
<br />
Asy Syaikh Hamdi Abdul Majid As Salafy<br />
Asy Syaikh Ali Khasyan<br />
Asy Syaikh Muhammad ‘Id Al Abbasy<br />
Asy Syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah<br />
Asy Syaikh Nabil Al Kayyal<br />
Asy Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi Al Atsary<br />
Asy Syaikh Salim bin Id Al Hilaly<br />
Asy Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman<br />
Asy Syaikh Husain Al ‘Awaisyah<br />
Asy Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr<br />
Asy Syaikh Abul Yasar Ahmad Khasyab<br />
Asy Syaikh Muhammad Jamil Zainu<br />
Asy Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini<br />
Asy Syaikh Ahmad Abul ‘Ainain<br />
Dan murid-murid beliau yang lain yang tersebar di berbagai penjuru negeri.<br />
<br />
Karya ilmiah beliau<br />
Tulisan-tulisan yang sudah tercetak diantaranya:<br />
<br />
Adabuz Zifaf fi Sunnatil Muthahharah<br />
Al Ajwibah An Nafi’ah ‘an As’ilah Masjid Al Jami’ah<br />
Ahadits Al Isra’ wal Mi’raj<br />
Ahkamul Janaiz wa Bida’uha<br />
Irwaul Ghalil fi Takhrij Ahadits Manaris Sabil<br />
Bughyatul Hazim fi Fahrasati Mustadrak Al Hakim<br />
Tahdzirus Sajid min Ittikhadzil Qubur Masajid<br />
Takhrij Hadits Abi Sa’id Al Khudri fi Sujudis Sahwi<br />
Tasdidul Ishabah ila Man Za’ama Nushratal Khulafa Ar Rasyidin was Shahabah<br />
Tash-hihu Hadits Iftharis Sha’im Qabla Safarihi ba’dal Fajr<br />
Talkhis Ahkamul Janaiz<br />
Talkhis Shifati Shalatin Nabi<br />
Tamamun Nush-hi fi Ahkamil Mas-hi<br />
At Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu<br />
Jilbab Mar’ah Muslimajh<br />
Hujjatun Nabi kama Rawaha Jabir Radhiallahu’anhu<br />
Hujatul Wada’<br />
Al Hadits Hujjah bi Nafsihi fil ‘Aqaid wal Ahkam<br />
Hukmu Tarikis Shalah<br />
Khutbatul Hajah allati Kaanar Rasulu Shallallahu’alaihi Wasallam Yu’allimuha Ash Shahabah<br />
Az Zawaid ‘ala Mawarid<br />
Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah wa Syai’un min Fiqhiha wa Fawaidiha<br />
Silsilah Al Ahadits Adh Dha’ifah wal Maudhu’ah wa Atsaruha As Sayyi’ fil Ummah<br />
Shahih Adabil Mufrad lil Bukhari<br />
Shahih Al Isra wal Mi’raj<br />
Shahih At Targhib wat Tarhib lil Mundziri<br />
Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi lis Suyuthi<br />
Shahih Sunan Abi Dawud<br />
Shahih Sunan Ibni Majah<br />
Shahih Sunan At Tirmidzi<br />
Shahih Sunah An Nasa’i<br />
Shahih Siratin Nabawiyah<br />
Shahih Al Kalimit Thayyib libni Taimiyyah<br />
Shahih Mawarid Azh Zham’an ila Zawaid Ibni Hibban<br />
Shifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam minat Takbir ilat Taslim Kaanaka Taraaha<br />
Shalatut Tarawih<br />
Shalatul Idain fil Mushalla Kharijal Balad Hiyas Sunnah<br />
Dha’if Al Adabil Mufrad lil Bukhari<br />
Dha’if At Targhib wat Tarhib lil Mundziri<br />
Dha’if Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi lis Suyuthi<br />
Dha’if Sunan Abi Dawud<br />
Dha’if Sunan Ibni Majah<br />
Dha’if Sunan At Tirmidzi<br />
Dha’if Sunan An Nasa’i<br />
Dha’if Mawarid Azh Zham’an ila Zawaid Ibni Hibban<br />
Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah libni Ashim<br />
Audah ilas Sunnah<br />
Fitnatut Takfir<br />
Fahras Ash Shahabah Ar Ruwah fi Musnadil Imam Ahmad bin Hambal<br />
Fahras li Masanidis Shahabah li Musnadil Imam<br />
Fahras Makhthuthat Daril Kutub Azh Zhahiriyyah<br />
Qishatul Masih Ad Dajjal wa Nuzulu Isa ‘alaissalam wa Qatalahu Iyyah fi Akhiriz Zaman<br />
Qiyam Ramadhan wa Bahtsun Qayyim anil I’tikaf<br />
Kaifa Yajibu An Nufassir Al Qur’an<br />
Al Lihyah fi Nazhrid Diin<br />
Mukhtashar Shahih Al Bukhari<br />
Mukhtashar Shahih Muslim<br />
Mukhtashar Kitabul Uluw lil Hafidz Adz Dzahabi<br />
Manasikul Hajj wal Umrah fil Kitabi was Sunnah wa Atsaris Salaf<br />
Manzilus Sunnah fil Islam<br />
Nashbul Majaniq Linashfi Qishatil Gharaniq<br />
Naqdu Nushush Haditsiyyah fits Tsaqafah Al Ammah<br />
Wujubul Akhdzi bihaditsil Ahad fil Aqidah wal Ahkam<br />
Tulisan-tulisan yang belum tercetak diantaranya:<br />
<br />
Ahaditsul Buyu’ wa Atsaruhu<br />
Ahadits At Taharri wal Bina ‘alal Yaqin fis Shalah<br />
Ahkamur Rikaz<br />
Izalatus Syukuk min Haditsil Buruk<br />
Al Amtsilah An Nabawiyah<br />
Al Ayat wal Ahadits fi Dzammil Bid’ah<br />
At Ta’qilat Hisan a’la Ihsan<br />
At Tamhid lifardhi Ramadhan<br />
Ats Tsamar Al Mustathab fi Fiqhis Sunnah<br />
Al Jam’u Bayna Mizanil I’tidal Lidzahabi wa Lisanil Mizan libni Hajar<br />
Al Haud wal Maurud fi Zawaid Muntaqa Ibni Jarud ‘alas Shahihain<br />
Ad Da’wah As Salafiyah, Ahdafuha, wa Mauqifuha minal Mukhalifina laha<br />
Ar Raudhun Nadhir fi Tartib wa Takhrij Mu’jam Ath Thabrani Ash Shaghir<br />
As Safar Al Maujub lil Qashr<br />
Al Fahras Asy Syamil li Ahadits wa Atsaril Kitabil Kamil libni Adi<br />
Al Fahras Al Muntakhab min Maktabah Khazanah Ibni Yusuf<br />
Al Mustadrak ‘ala Mu’jam Al Mufahras li Alfazhil Hadits<br />
Bayna Yaday At Tilawah<br />
Tarjamah Ash Shahabiy Abi Ghadiyah, wa Dirasah Marwiyati Qitlati Ammar bin Yasir<br />
Talkhis Hijab Al Mar’ah<br />
Tahdzib Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi wal Istidrak ‘alaihi<br />
Taisir Intifa’ Al Khallan bi Tsiqati Ibni Hibbam<br />
Jawab Haula Adzan wa Sunnatil Jum’ah<br />
Daf’ul Adhrar fi Tartib Muykilil Atsar lil Imam Ath Thahawiy<br />
Shahih Abi Dawud<br />
Shahih Kasyful Astar ‘an Zawaid Al Bazzar lil Haitsami<br />
Shifatu Shalatil Kusuf wama Warada fiha minal Ayat<br />
Shalatul Istisqa<br />
Dhai’f Kasyful Astar ‘an Zawaid Al Bazzar lil Haitsami<br />
Fahras Ahadits Kitabit Tarikh Al Kabir lil Bukhari<br />
Fahras Ahadits Kitab Asy Syari’ah lil Ajurri<br />
Fahras Asma Ash Shahabah alladzi Asnadul Ahadits fi Mu’jam Ath Thabrani Al Ausath<br />
Fahras Al Makhthuthat Al Haditsiyyah fi Maktabah Al Auqaf Al Halabiyah<br />
Fahras Ahadits Al Kawakib Ad Darari libni Urwah Al Hambali<br />
Qamus Al Bida’<br />
Mudzakarat Ar Rihlah ila Mishr<br />
Ma’al Ustadz Ath Thanthawi<br />
Mu’jam Al Hadits An Nabawi<br />
Munazharah Kitabiyyah ma’a Thaifah min Atba’ Ath Thaifah Al Qadiyaniyah<br />
Muntakhabat min Fahras Al Maktabah Al Barithaniyyah<br />
Al Mawarid As Suyuthi fil Jami’ Ash Shaghir<br />
Naqdu Kitabit Taajil Jami’ lil Ushul, lis Syaikh Manshur Nashif<br />
Wadh’ul Ashaar fi Tartib Ahadits Musykilil Atsar<br />
Selain itu terdapat puluhan kitab yang beliau tahqiq, takhrij, atau ta’liq.<br />
<br />
Pujian Ulama<br />
Asy Syaikh Al Allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz mengatakan: “tidak pernah aku melihat di bawah kolong langit ini seorang yang alim dalam masalah hadits di zaman ini yang semisal dengan Al Allamah Muhammad Nashiruddin Al Albani”.<br />
Syaikh Ibnu Baz juga ditanya tentang hadits bahwa Allah menjadikan setiap 100 tahun seorang mujaddid bagi agama ini, siapakah mujaddid tersebut di masa ini? Syaikh Ibnu Baz menjawab: “Asy SyaikhMuhammad Nashiruddin Al Albani, dialah mujaddid di zaman ini menurutku, wallahu a’lam“.<br />
Asy Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “dari pertemuanku dengan beliau (Al Albani) yang hanya beberapa kali, beliau adalah orang yang sangat bersemangat mengamalkan sunnah dan memerangi bid’ah. Baik dalam akidah maupun dalam amal. Adapun dari tulisan-tulisan beliau yang saya baca, saya pun mengetahui hal tersebut. Dan beliau adalah orang yang memiliki pengetahuan yang besar dalam ilmu hadits, secara riwayah maupun dirayah. Dan Allah Ta’ala telah menjadikan beliau orang yang bermanfaat kepada manusia melalui tulisan-tulisannya, serta dari ilmunya, serta dari jasa dan upaya besarnya dalam ilmu hadits. Dan ini adalah anugrah yang besar bagi kaum Muslimin, walillahil hamd. Adapun hasil-hasil tahqiq beliau dalam bidang hadits, saya sarankan anda merujuk kepada beliau”.<br />
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Shalih Al Hadah mengatakan: “Syaikh Asy Syinqithi menghormati Syaikh Al Albani dengan penghormatan yang luar biasa. Jika Asy Syinqithi melihat Al Albani lewat, padahal Syaikh Asy Syinqithi sedang mengajar di Masjidil Nabawi, beliau menghentikan sejenak pengajarannya lalu berdiri dan bersalam kepada Al Albani sebagai bentuk hormat kepada beliau”.<br />
Asy Syaikh Abdullah Ad Duwaisy mengatakan: “Sejak beberapa kurun saya tidak pernah melihat orang semisal Syaikh Nashir (Al Albani) yang banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan tahqiq. Dan setelah Asy Suyuthi sampai zaman kita sekarang ini belum ada orang yang men-tahqiq ilmu hadits dengan upaya sebesar ini kecuali Syaikh Nashir”.<br />
Wafatnya Al Albani<br />
Di usia 85 tahun, beliau sering mengalami sakit hingga beberapa kali masuk rumah sakit. Di akhir-akhir masanya, Syaikh Al Albani dibawa ke rumah sakit di Yordania untuk menjalani perawatan yang intensif. Pada hari Sabtu 21 Jumada Akhirah 1420H bertepatan dengan 2 Oktober 1999M setelah shalat Isya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Lebih dari 5.000 orang berdatangan kemudian menyalati dan mengiringi penguburan jenazah Syaikh Al Albani rahimahullah.<br />
<br />
Semoga Allah merahmati beliau dan meninggikan derajat beliau. Semoga Allah membalas semua jasa-jasa beliau, menjadikan amalan beliau sebagai pemberat timbangan kebaikan di yaumul mizan. Semoga Allah menjadikan ilmu-ilmu yang beliau tinggalkan bermanfaat bagi kaum Muslimin, dan menjadi sebab bagi kaum Muslimin untuk istiqamah di atas Al Haq. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama beliau di kalangan para Nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang shalih seabgai penghuni jannah-Nya kelak.<br />
<br />
***<br />
<br />
Diterjemahkan dari Ikhtiyarat Fiqhiyyah lil Imam Al Albani, karya Ibrahim Abu Syadi, hal 15-29<br />
<br />
Penerjemah: Yulian Purnama<br />
<br />
Artikel Muslim.or.id<br />
<br />
Anda sedang membaca: " Biografi Syaikh Al Albani ", baca lebih lanjut dari artikel berseri ini:<br />
Biografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani (1)<br />
Biografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani (2)<br />
<br />
<br />
Sumber: https://muslim.or.id/28995-biografi-asy-syaikh-al-muhaddits-muhammad-nashiruddin-al-albani-2.htmlblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-10440256557312604192017-05-14T18:11:00.001-07:002017-05-14T18:11:32.246-07:00Nasehat Ulama: Mengapa Maulid Nabi Tidak Boleh Dirayakan<br />
Merayakan maulid Nabi hukumnya tidak boleh karena amalan ini termasuk perkara baru dalam agama, yang tidak ditemui di masa sahabat -radhiyallahu'anhum-, tidak juga masa setelah mereka (tabi'in), dan generasi berikutnya (tabi'ut tabi'in)<br />
<br />
<br />
Syaikh Shalih Al Ushaimi<br />
(Anggota perhimpunan ulama senior kerajaan Saudi Arabia, dan pengajar di masjidil Haram dan masjid Nabawi)<br />
<br />
Merayakan maulid Nabi hukumnya tidak boleh karena tiga dalil berikut :<br />
<br />
Pertama, amalan ini termasuk perkara baru dalam agama, yang tidak ditemui di masa sahabat –radhiyallahu’anhum-, tidak juga masa setelah mereka (tabi’in), dan generasi berikutnya (tabi’ut tabi’in). Tiga masa keemasan berlalu dan tidak ditemui perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Apabila diketahui perkara ini adalah perkara yang baru dalam agama, ini menunjukkan bahwa hal ini adalah bid’ah. Sementara setiap bid’ah itu menyimpang dari kebenaran, sebagaimana dijelaskan dalam hadis-hadis shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.<br />
<br />
Kedua, para ulama sendiri -smoga Allah merahmati mereka- berbeda pendapat terkait penetapan hari kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam :<br />
<br />
Ada yang mengatakan 8 Rabiul awwal<br />
10 Rabiul awwal<br />
12 Rabiul awwal<br />
18 Rabiul awwal<br />
Diantara mereka ada yang berpandangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak dilahirkan di bulan Rabiul awwal, akan tetapi bulan Rajab.<br />
Perbedaan pendapat mereka dalam menentukan tanggal kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, menunjukkan tidak benarnya memilih tanggal 12 Rabiul awwal sebagai hari perayaan kelahiran beliau. Karena para ulama tidak sepakat kalau beliau lahir pada hari tersebut.<br />
<br />
Pengarang kitab Irbil berusaha mencari solusi permasalahan ini, dengan merayakan maulid pada tanggal 8 Rabiul awwal, kemudian tahun berikutnya merayakan pada 12 Rabiul awwal. Hanya saja pendapat ulama dalam penentuan hari kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam lebih dari dua opsi tersebut. Seharusnya ia merayakan maulid sebanyak pendapat ulama yang ada. Itupun Nabi lahir hanya pada satu hari, bisa jadi tanggal 8, 10 atau 12, sebagaimana pendapat para ulama -semoga Allah merahmati mereka- terkait hari kelahiran Nabi.<br />
<br />
Ketiga, ulama –rahimahumullah– sepakat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam wafat pada 12 Rabiul awwal. Anggap saja hari itu benar hari perayaan kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun tentu saja bersedih pada hari tersebut lebih layak daripada merayakan dengan kegembiraan. Karena dalam penentuan hari kelahiran nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mereka rayakan terdapat beberapa pendapat. Adapun hari wafat nabi shallallahu alaihi wa sallam dapat dipastikan terjadi pada tanggal 12 Rabiul awwal.<br />
<br />
Anggaplah 12 Rabiul awwal adalah hari kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tentu mereka yang merayakan pantasnya membagi perayaannya ; perayaan gembira dan perayaan kesedihan. Bergembira di awal hari 12 Rabiul awwal karena kelahiran Nabi, kemudian bersedih di akhir hari atas wafatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yang juga terjadi pada tanggal 12 Rabiul awwal. Namun tetap saja semua ini adalah perkara baru dalam agama. Tidak menutup kemungkinan pada hari tersebut ada orang yang merayakan kesedihan dan merayakan kegembiraan. Karena suatu bid’ah akan melahirkan bid’ah yang lain. Dan bid’ah itu awalnya kecil, lalu menjadi besar, sebagaimana diterangkan al Barbahari dalam kitab Syarhussunnah.<br />
<br />
<br />
<br />
Sumber: https://muslim.or.id/29094-nasehat-ulama-mengapa-maulid-nabi-tidak-boleh-dirayakan.htmlblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-41325694274191350512017-05-14T18:06:00.000-07:002017-05-14T18:06:41.478-07:00Pengaruh Positif Dari Penerapan Hudud<div style="text-align: justify;">
Pengaruh Positif Dari Penerapan Hudud</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerapan hudud merupakan upaya perlindungan. Yaitu perlindungan bagi jiwa, kehormatan, harta serta sebagai penjagaan stabilitas keamanan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soal:</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan ditanya, “apa pengaruh positif dari pelaksanaan hudud*) dan ta’zir**) syar’i bagi individu dan bagi masyarakat?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jawab:</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerapan hudud merupakan upaya perlindungan. Yaitu perlindungan bagi jiwa, kehormatan, harta serta sebagai penjagaan stabilitas keamanan masyarakat. Dan dalam penerapan hudud juga terdapat perlindungan bagi kaum Muslimin dalam dharuriyatul khams (lima perkara urgen), yaitu: penjagaan agama, penjagaan jiwa (nyawa), penjagaan kehormatan, penjagaan akal, dan penjagaan harta. Inilah dharuriyatul khams. Pelanggaran terhadap setiap poin ini terdapat hukuman tertentu. Sehingga terciptalah keamanan bagi darah manusia, kehormatan mereka, dan harta mereka. Dan setiap hudud yang Allah tetapkan itu merupakan rahmat. Oleh karena itu disebutkan dalam hadits:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
حَدٌّ يُقَامُ فِي الأَرْضِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا أَرْبَعِينَ صَبَاحًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Satu hukuman hadd yang ditegakkan di atas muka bumi, lebih baik daripada hujan selama 40 hari” (HR. Ahmad 16/301, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1/163).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerapan hudud juga mendukung pembangunan negara, penjagaan stabilitas keamanan negara, dan berbagai maslahah lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana penerapan hudud telah nampak jelas di negeri ini (Saudi Arabia), walillahil hamd, di negeri ini menerapkan hudud, menegakkan syariat Islam, serta berhukum dengan syariat Islam, maka Allah pun beri kenikmatan yang besar bagi negeri ini, yang diidam-idamkan oleh negeri-negeri lainnya. Maka suatu negeri yang besar, walaupun mereka memiliki persenjataan canggih dan teknologi canggih, dan mereka menerapkan hukuman-hukuman yang sadis, namun mereka tidak bisa mewujudkan keamanan di negerinya. Namun negeri ini ketika menerapkan hudud yang Allah tetapkan, terwujudlah keamanan dalam bentuk yang terbaik, yang tidak ada tandingannya di muka bumi. Karena ini adalah syariat dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Mulia, tidak ada kezaliman dan tidak ada kesemena-menaan di dalamnya. Yang ada adalah keadilan, hikmah dan rahmah. Walillahilhamdu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://muslim.or.id/29810-pengaruh-positif-dari-penerapan-hudud.html</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-13057232622170434642017-05-14T17:46:00.000-07:002017-05-14T17:46:33.793-07:00Kalau Memang Syirik, Mengapa Doa Mereka Dikabulkan?<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
<strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Kalau Memang Syirik, Mengapa Doa Mereka Dikabulkan?</strong></h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Sebagian orang awam mungkin tertipu dan masih bertanya-tanya,<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">”Kalau memang berdoa kepada wali di makam mereka itu syirik, tetapi mengapa doa mereka tersebut kadang dikabulkan? Bahkan di antara mereka ada yang menjadi kaya raya setelah berdoa ke kubur wali?”</em></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Maka kita jelaskan kepada mereka, bahwa apa yang terjadi pada penyembah kubur berupa terkabulnya doa mereka, sama sekali bukanlah menjadi pembenaran atas kesyirikan mereka. Karena hal itu justru merupakan ujian dan fitnah dari Allah Ta’ala sekaligus <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">istidroj </em>(hukuman) untuk mereka. Bentuk <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">istidroj </em>tersebut adalah Allah justru membukakan pintu-pintu rizki seluas-luasnya kepada mereka sehingga mereka pun tertipu dan semakin jauh terjerumus ke dalam kesyirikan.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">,</em></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: right; text-rendering: optimizeLegibility;">
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">”Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya dosa mereka bertambah-tambah. Dan bagi mereka azab yang menghinakan.” </em><strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">(QS. Ali Imran [3]: 178)</strong></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala memberikan penangguhan waktu kepada mereka sehingga dosa orang-orang musyrik tersebut semakin bertambah, dan semakin bertambah pula siksaan bagi mereka di hari kiamat. Sehingga apabila maksud (tujuan) orang yang berdoa kepada kubur tersebut terpenuhi, maka hal ini justru merupakan bentuk penghinaan sekaligus hukuman Allah Ta’ala atas mereka.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Selain itu, memungkinkan pula bagi setan untuk menjelma menjadi si mayit, kemudian keluar dari kuburnya menemui orang yang berdoa kepada si mayit dan berbicara kepadanya. Kemudian berkata,<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">”Aku kabulkan permintaanmu”. </em>Setan tersebut terkadang mencuri harta manusia kemudian memberikannya kepada orang yang berdoa kepada si mayit. Dia menyangka bahwa pemberian itu berasal dari si mayit, padahal si mayit tersebut tidaklah mengetahui hal itu sedikit pun. Dan ketika si mayit tersebut dibangkitkan di hari kiamat, begitu juga dengan orang-orang musyrik yang berdoa kepadanya, maka dia akan berlepas diri dari kesyirikan yang mereka lakukan, bahkan menjadi musuh bagi orang-orang musyrik tersebut. <strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">[1]</strong></div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
<strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Meminta kepada Orang Shalih yang Masih Hidup untuk Berdoa kepada Allah</strong></h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Adapun yang diperbolehkan dalam berdoa -bahkan dianjurkan- dan tidak mengurangi kesempurnaan tauhid seseorang adalah meminta tolong kepada orang shalih yang masih hidup untuk mendoakan dirinya. Sebagaimana sahabat Umar bin Khaththab <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiyallahu ‘anhu </em>yang meminta kepada Uwais bin Amir <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiyallahu anhu </em>untk dimohonkan amupun kepada Allah Ta’ala <strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">[3].</strong></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Para sahabat <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiyallahu ‘anhum </em>juga pernah meminta tolong kepada ‘Abbas <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiyallahu anhu –</em>paman Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>– untuk berdoa meminta hujan kepada Allah Ta’ala. Anas bin Malik menceritakan bahwa jika terjadi paceklik, Umar bin Khaththab <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiyallahu ‘anhu</em> meminta hujan kepada Allah Ta’ala dengan bertawassul melalui ‘Abbas bin Abdul Muththalib yang masih hidup. ‘Umar berkata dalam doanya,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: right; text-rendering: optimizeLegibility;">
اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
“<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika kami berdoa kepada-Mu, kami bertawassul dengan Nabi-Mu, Engkau pun menuruhkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami bedoa kepada-Mu dengan bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan</em>.” Lalu hujan pun turun. <strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">(HR. Bukhari no. 1010)</strong></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Namun apabila orang-orang shalih tersebut telah meninggal dunia, maka kita tidak boleh meminta kepada Allah Ta’ala melalui perantaraan mereka sebagaimana penjelasan sebelumnya. Tidak pernah ada seorang sahabat pun yang meminta tolong kepada Nabi <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">shallallahu alaihi wa sallam </em>sepeninggal beliau, baik di kubur beliau atau pun dalam jarak jauh. Padahal mereka mengetahui betapa agungnya kedudukan Nabi <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">shallallahu alaihi wa sallam </em>di sisi Allah Ta’ala.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Allah Ta’ala menyatakan bahwa orang mati tidak bisa mendengarkan hal-hal yang terjadi di bumi (dunia). Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: right; text-rendering: optimizeLegibility;">
فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">”Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang.” </em><strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">(QS. Ar-Ruum [30]: 52)</strong></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Demikianlah pembahasan singkat dalam masalah doa. Kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga Allah memberikan hidayah-Nya agar kita tetap teguh di jalan ilmu dan amal shalih. Serta menjauhkan kita dari perbuatan syirik, baik yang kita ketahui maupun tidak. <strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">[Selesai]</strong></div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Anda sedang membaca: “Doa adalah Ibadah”, baca lebih lanjut dari artikel berseri ini:</h2>
<ol style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.4rem; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://muslim.or.id/29861-doa-adalah-ibadah-01.html" style="background: transparent; box-sizing: border-box; color: #e8280b; line-height: inherit; outline: none; text-decoration-line: none; transition: opacity 0.2s ease-in-out, color 0.2s ease-in-out;">Doa adalah Ibadah (1)</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://muslim.or.id/29867-doa-adalah-ibadah-02.html" style="background: transparent; box-sizing: border-box; color: #e8280b; line-height: inherit; outline: none; text-decoration-line: none; transition: opacity 0.2s ease-in-out, color 0.2s ease-in-out;">Doa adalah Ibadah (2)</a></li>
</ol>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
***</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-rendering: optimizeLegibility;">
Disempurnakan menjelang maghrib, Rotterdam NL 16 Rajab 1438/13 April 2017<br />
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,</div>
<span style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "roboto"; font-size: 16px;"><br style="box-sizing: border-box;" /><br style="box-sizing: border-box;" />Sumber: <a href="https://muslim.or.id/29867-doa-adalah-ibadah-02.html" style="background: transparent; box-sizing: border-box; color: #e8280b; line-height: inherit; outline: none; text-decoration-line: none; transition: opacity 0.2s ease-in-out, color 0.2s ease-in-out;">https://muslim.or.id/29867-doa-adalah-ibadah-02.html</a></span>blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-27179088890087433462017-05-14T08:30:00.002-07:002017-05-14T08:31:13.349-07:00Dalil Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Dalil Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban</h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Sya’ban adalah satu bulan sebelum Ramadhan. Terdapat hadits bahwa Nabi <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, bahkan termasuk puasa sunnah terbanyak yang beliau lakukan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Adalah sunnah memperbanyak puasa di bulan sya’ban berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">radhiallahu ‘anha</em>, beliau berkata,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban</em>” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Aisyah juga berkata,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh</em>” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).</div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Keutamaan Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban</h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah karena pada bulan itu amal terangkat dan lebih baik jika amal tersebut terangkat dan kita dalam keadaan berpuasa. Sebagaimana penjelasan dari Al-Hafidz Ibnu Hajar beliau berkata,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
وَالْأَوْلَى فِي ذَلِكَ مَا جَاءَ فِي حَدِيثٍ أَصَحَّ مِمَّا مضى أخرجه النسائي وأبو داود وصححه بن خُزَيْمَةَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي وَأَنَا صَائِمٌ .</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Pendapat yang benar di dalam hal ini adalah apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang lebih shahih dibandingkan sebelumnya, diriwayatkan oleh An-Nasai dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Usamah bin Zaid, beliau berkata: “Engkau pernah berkata: “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa (lebih banyak) dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban, kemudian beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang dilalaikan manusia yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan, dan ia adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Rabb semesta alam, maka aku menginginkan amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa”</em> (Lihat penjelasan kitab Fathul Al Bari).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Demikian juga penjelasan dari Ibnul Qayyim, beliau berkata,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
فإن عمل العام يرفع في شعبان كما أخبر به الصادق المصدوق أنه شهر ترفع فيه الأعمال فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Sesungguhnya amalan dalam setahun akan diangkat pada bulan Sya’ban sebagaimana yang diberitahulkan oleh Ash-Shadiq Al-Mashduq (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan ia adalah bulan diangkatnya amalan-amalan di dalamnya dan aku suka diangkat amalanku dalam keadaan aku berpuasa</em>” (Hasyiah Ibnul Qayyim, 12/313).</div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Sebagai Persiapan Sebelum Puasa Ramadhan</h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Hikmahnya juga adalah dalam rangka persiapan puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, yaitu bulan setelah Sya’ban. Mempersiapkan diri sudah terbiasa puasa sebulan sebelumnya. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berkata,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
الصيام من شهر شعبان استعداداً لصوم شهر رمضان</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“Puasa bulan Sya’ban dalam rangka persiapan puasa bulan Ramadhan” (Fatawa Jawab wa Sual no. 92748)</div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Beberapa Puasa yang Bisa Dilakukan di Bulan Sya’ban</h2>
<ol style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.4rem; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Puasa Daud yaitu sehari puasa dan sehari tidak berpuasa</li>
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Puasa Senin dan kamis</li>
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Puasa sebanyak tiga hari di setiap bulan Hijriyah</li>
</ol>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Bisa dilakukan di awal bulan, di tengah bulan dan di akhir bulan. Jika dilakukan tiga hari pada tanggal 13, 14 dan 15, maka inilah yang disebut dengan puasa <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Ayyamul Bidh</em></div>
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #181818; font-family: Roboto; font-size: 1.875rem; line-height: 2.375rem; margin: 0rem 0px 0.1rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Kombinasi Amalan Puasa di Bulan Sya’ban</h2>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Timbul pertanyaan, apakah puasa Daud bisa dikombinaasikan dengan puasa lainnya seperti puasa senin-kamis. Ini ada dua pendapat:</div>
<ol style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.4rem; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Tidak boleh dikombinasikan</strong></li>
</ol>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Berdasarkan hadits mengenai Abdullah bin ‘Amr yang dinasehati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpuasa Daud, lalu beliau menegaskan mampu melakukan lebih dari puasa Daud. Akan tetapi Nabi <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melarangnya, beliau lalu bersabda,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
لَا أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
<em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">“Tidak ada yang lebih utama dari pada puasa Daud”</em> (HR. Bukhari 3418, Muslim 1159).</div>
<ol start="2" style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.4rem; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><strong style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Boleh dikombinasikan</strong></li>
</ol>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Dalam Fatawa Syabakiyah AL-Islamiyah dijelaskan,</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
ولكن من أحب أن يجمع بين الفضيلتين، وهو صيام يوم، وإفطار يوم، وصيام الاثنين والخميس، فقد حصَّل خيراً كثيراً… وعليه فلا حرج في ذلك، بل هو من المسارعة في الخيرات</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
“Mereka yang suka menggabungkan dua puasa yang punya keutamaan yaitu puasa Daud dan Puasa Senin-Kamis, maka telah mendapatkan kebaikan yang banyak, bahkan termasuk dalam bersegera daam kebaikan” (Fatawa no. 6488)</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Roboto; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 35px; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizeLegibility;">
Demikian semoga bermanfaat</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; box-sizing: border-box;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Roboto;"><div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="https://muslim.or.id/29840-anjuran-memperbanyak-puasa-di-bulan-syaban.html" style="background: transparent; box-sizing: border-box; color: #e8280b; font-size: 16px; line-height: inherit; outline: none; text-decoration-line: none; transition: opacity 0.2s ease-in-out, color 0.2s ease-in-out;">https://muslim.or.id/29840-anjuran-memperbanyak-puasa-di-bulan-syaban.html</a>a</div>
</span></span>blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-27304412784659007532017-05-14T08:20:00.000-07:002017-05-14T08:20:20.443-07:00Kaidah Fiqih: Hukum Asal Ibadah Adalah Terlarang<div style="text-align: justify;">
Kaidah Fiqih: Hukum Asal Ibadah Adalah Terlarang</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaidah: hukum asal dalam ibadah adalah terlarang, maka suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara kaidah fiqih yang agung dalam agama ini adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الأصل في العبادة الحظر, فلا يشرع منها إلا ما شرعه الله و رسوله</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang, maka suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya”1.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penjelasan kaidah</div>
<div style="text-align: justify;">
Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Husain Al Jizani mengenai makna kaidah ini, beliau mengatakan: “hukum mustas-hab (hukum asal) yang ada pada aktifitas taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah adalah terlarang dan haram, tertolak dan batil, kecuali ibadah yang datang dalilnya dari syariat dan diizinkan oleh syariat maka ia tidak terlarang”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau juga mengatakan: “mendekatkan diri kepada Allah tidak mungkin kecuali dengan apa yang Allah syariatkan. Ini adalah konsekuensi tauhid dan iman kepada Allah. Yaitu tauhid ittiba’, yang merupakan salah syarat dari amalan agar bisa disebut amalan shalih. Karena amalan itu tidak diterima kecuali memenuhi dua syarat: ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan syariat). Maka kaidah ini terkait dengan syarat ke dua yaitu mutaba’ah. Barang siapa yang mengklaim suatu aktifitas itu adalah ibadah, maka ia dituntut untuk mendatangkan dalil yang bisa mengesahkan ibadah tersebut, yang berupa nash dari Al Qur’an dan As Sunnah”2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan perkataan yang bagus dalam bab ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
جماع الدين اصلان: أن لا نعبد إلا الله , ولا نعبده إلا بما شرع , لا نعبده بالبدع</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Inti agama ini berporos pada 2 hal: (1) kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah semata, (2) kita tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang telah Allah syariatkan, kita tidak menyembah-Nya dengan kebid’ahan” 3.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil Kaidah</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaidah ini didasari oleh dalil-dalil yang sangat banyak. Dalil-dalil yang mendasari kaidah ini dapat dibagi menjadi 4 jenis dalil:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama: dalil-dalil yang menetapkan bahwa menetapkan hukum dan syariat adalah hak Allah semata. Maka tidak boleh menetapkan suatu ibadah dengan selain dari dalil-dali syar’i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Nashir As Sa’di mengatakan: “Mengenai kaidah ini Allah Ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan juga dalil-dalil lain yang memerintahkan untuk beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukannya. Dan para ulama bersepakat bahwa yang disebut ibadah adalah apa yang diwajibkan atau dianjurkan”4.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala juga berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisa: 115)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Katsir menjelaskan: “Maksud ayat ini, barang siapa yang menjalani cara beragama yang bukan berasal dari Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam maka ia telah menempatkan dirinya di suatu irisan (syiqq), sedangkan syariat Islam di irisan yang lain. Itu ia lakukan setelah kebenaran telah jelas baginya” 5.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua: dalil-dalil yang memerintahkan untuk mengikuti wahyu, mengamalkan nash dan berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantaranya firman Allah Ta’ala:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya” (QS. Al A’raf: 3).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantaranya juga kisah tentang tiga orang:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga: dalil-dalil yang melarang berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena menganggap suatu amalan sebagai ibadah tanpa ada keterangan dari syariat seolah-olah mengatakan bahwa Allah menyukai dan memerintahkan amalan tersebut padahal klaim ini tidak didasari ilmu (dalil). Allah Ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” (QS. An Nahl: 111).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat: dalil-dalil yang melarang membuat-buat perkara baru dalam agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantaranya firman Allah Ta’ala:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalil-dalil lain yang masih banyak lagi. Belum lagi jika kita tambahkan pernyataan dari para sahabat Nabi, maka akan menjadi bab yang panjang sekali. Namun apa yang disebutkan di atas sudah cukup mewakili.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerapan kaidah</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaidah yang mulia ini berlaku dalam banyak permasalahan ibadah. Diantaranya dalam permasalah berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Nama dan sifat Allah tauqifiyah</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya tidak boleh menyematkan nama dan sifat kepada Allah kecuali nama dan sifat yang terdapat dalilnya. Al Qarafi mengatakan: “Hukum asal menyematkan suatu nama bagi Allah adalah terlarang kecuali yang terdapat dalil tentang nama tersebut. Karena untuk berbicara dengan para raja di dunia saja butuh untuk mengetahui sebutan apa yang diizinkan oleh mereka untuk memanggil diri mereka, akan dipakai panggilan tersebut ketika sudah diketahui bahwa panggilan tersebut diizinkan. Maka sikap tersebut lebih layak diterapkan kepada Allah ta’ala. Karena ini adalah kaidah adab, dan adab kepada Allah itu lebih istimewa” 6.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Lafadz-lafadz dzikir itu tauqifiyah</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya tidak boleh mengamalkan lafadz-lafadz dzikir yang mu’ayan (bukan dzikir mutlaq) kecuali lafadz-lafadz dzikir yang terdapat dalilnya. Semisal bacaan dzikir-dzikir dalam shalat, lafadz adzan, lafadz iqamah, doa hendak makan, doa hendak masuk masjid, doa berbuka puasa, doa bersin, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Hajar mengatakan: “Lafadz-lafadz dzikir itu tauqifiyah. Ia memiliki kekhususan-kekhususan dan rahasia-rahasia yang tidak bisa di-qiyas-kan. Maka wajib untuk tetap mengamalkan lafadz-lafadz dzikir yang warid (ada dalilnya)” 7.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Larangan ghuluw (melebihi batas) dalam beragama</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara konsekuensi dari kaidah ini adalah dilarangnya ghuluw (berlebihan) dalam beragama dan perintah untuk tawasuth (pertengahan). Sikap pertengahan adalah yang sesuai dengan dalil, dan ghuluw adalah yang melebihi apa yang ditunjukkan oleh dalil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Sikap pertengahan dalam beragama adalah sikap tidak ghuluw (ekstrem) dalam beragama, yaitu melewati batasan yang ditetapkan Allah Azza Wa Jalla, namun juga tidak kurang dari batasan yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bersikap pertengahan dalam beragama yaitu dengan meneladai jalan hidup Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sedangkan sikapghuluw, adalah melebihi dari apa yang beliau ajarkan. Dan taqshiir adalah yang melakukan kurang dari apa yang beliau ajarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya, seseorang mengatakan: ‘Saya ingin shalat malam dan tidak tidur setiap hari, karena shalat adalah ibadah yang paling utama maka saya ingin sepanjang malam saya dalam keadaan shalat‘. Maka kita katakan bahwa sikap ini adalah sikap ghuluw dalam beragama dan tidak benar”8.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tidak membuat-buat tata cara dan metode pelaksanaan suatu ibadah</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara penerapan dari kaidah ini adalah dilarangnya membuat-buat tata cara dan metode baru dalam ibadah dan wajib mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam). Syaikh Sami Asy Shuqair hafizhahullah menjelaskan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
المتابعة للنبي صلى الله عليه و سلم في العبادة أن تكون قد أذن الشارع في أوصافها , الأوصاف غير معتبرة الا إذا أذن الشارع في ستة: الأول السبب,و الثاني الجنس, و الثالث القدر, و الرابع الهيئة , و الخامس الزمان, و السادس المكان</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam ibadah adalah dengan menyesuaikan sifat-sifat ibadah tersebut sebagaimana yang diizinkan oleh syariat. Suatu ibadah tidak teranggap kecuali jika diizinkan oleh syariat dalam enam sifat: (1) sebab pelaksanaannya (2) jenisnya (3) kadar bilangannya (4) tata caranya (5) waktunya (6) tempatnya”9.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengumandangkan adzan ketika hendak shalat sunnah dhuha. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal sebab pelaksanaannya dan juga waktunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengerjakan shalat shubuh sebanyak 3 rakaat. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal kadar bilangan raka’at.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berqurban di hari Idul Adha dengan ayam. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal jenis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berwudhu dengan dimulai dari muka dahulu. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal tata cara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menyembelih qurban sebelum shalat Id, atau membayar zakat fitri setelah shalat Id. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berhaji bukan ke Mekkah. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal tempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian sedikit yang bisa dituliskan. Mudah-mudahan dengan memahami kaidah ini dapat membantu kita memahami jalan yang benar dalam beragama. Wabillahi at taufiq was sadaad.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Referensi utama:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syarah Manzhumah Ushul Fiqh wa Qawa’iduh, Syaikh Sami Ash Shuqair</div>
<div style="text-align: justify;">
Al Qawaid Wal Ushul Al Jami’ah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin</div>
<div style="text-align: justify;">
Dirasah wat Tahqiq Qaidah Al Ashl fil Ibadah Al Man’u, Syaikh Muhammad bin Husain Al Jizani</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: Yulian Purnama</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-49022059619403704492017-05-14T08:08:00.000-07:002017-05-14T08:08:16.815-07:00Kebangkrutan Besar Akibat Buruknya Lisan di Sosial Media<div style="text-align: justify;">
Kebangkrutan Besar Akibat Buruknya Lisan di Sosial Media</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika punya pahala maka akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi di dunia dan dosa dari yang terdzalimi akan dilimpahkan kepada yang mendzaliminya semasa di dunia</div>
<div style="text-align: justify;">
Realita Kebebasan Berpendapat di Sosial Media</div>
<div style="text-align: justify;">
Di zaman modern saat ini, dengan adanya sosial media dan internet, seseorang dengan mudah berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Di sosial media lebih mudah menyampaikan aspirasi dan pendapat. Akan tetapi sosial media ada juga sisi negatifnya, yaitu setiap orang bebas berbicara negatif, mencaci dan mencela. Lebih bebas daripada di dunia nyata karena ia bisa sembunyi di balik akun sosial media yang ia punya, bisa lebih berani karena tersembunyi dan bisa lebih lari dari tanggung jawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang mukmin, tentu sangat tidak layak berbicara kasar, mencela dan melaknat kapanpun dam di mana pun, baik di dunia nyata maupun dunia maya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻌَّﺎﻥِ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟﻄَّﻌَّﺎﻥِ، ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﻔَﺎﺣِﺶِ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﺒَﺬِﻱﺀِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya orang mukmin itu orang yang tidak suka melaknat, mencela, berkata keji/jorok, dan kotor” (HR. Ahmad 1/416; shahih).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bangkrut Akibat Lisan yang Buruk di Sosial Media</div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaknya kita berhati-hati menjaga lisan kita di dunia nyata dan menjaga tulisan serta komentar kita di dunia maya. Karena tulisan ini kedudukannya sama dengan ucapan lisan. Sebagaimana kaidah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الكتابة تنزل منزلة القول</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tulisan (hukumnya) sebagaimana lisan”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika lisan suka mencaci, mencela, melaknat, ghibah dan berkata-kata kotor kepada orang lain, ini sama saja kita akan “bagi-bagi pahala gratis” kepada mereka kemudian kita akan bangkrut. Mengapa demikian? Karena dengan lisan dan tulisan kita, mereka yang kita cela dan caci-maki adalah pihak yang kita dzalimi. Jika kita tidak meminta maaf di dunia, maka urusan akan berlanjut di akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di akhirat kita tidak bisa meminta maaf begitu saja, akan tetapi ada kompensasinya. Kompenasi tersebur bukan uang ataupun harta. Karena ini sudah tidak bermanfaat di hari kiamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ﻳَﻮْﻡَ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﻣَﺎﻝٌ ﻭَﻟَﺎ ﺑَﻨُﻮﻥَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻘَﻠْﺐٍ ﺳَﻠِﻴﻢٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pada hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat” (Asy-Syu’araa`: 88-89).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kompensasi Berat Atas Buruknya Lisan di Sosial Media</div>
<div style="text-align: justify;">
Kompensasinya adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika punya pahala kebaikan seperti pahala shalat dan puasa, maka akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi di dunia dan belum selesai perkaranya artinya belum ada maaf dan memaafkan</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika yang mendzalimi (mencela dan memaki) sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang didzalimi akan ditimpakan dam diberikan kepada orang yang mendzalimi</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah yang disebut dengan orang yang bangkrut atau “muflis” di hari kiamat berdasarkan hadits berikut,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jaga Lisan Sebelum Anda Diadili di Akhirat</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah anda bahwa di dunia ini cukup sulit mencari keadilan yang seadil-adilnya. Ini adalah bukti adanya kehidupan setelah kematian di mana pada hari tersebut akan ada keadilan yang seadil-adilnya. Hendaknya kita sebagai seorang muslim menjaga lisan kita, karena memang lidah itu tidak bertulang, sangat mudah kita dengan lisan dan tulisan kita menyakiti orang lain. Terlebih yang disakiti adalah sesama muslim yang sejatinya bersaudara</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺆْﺫُﻭﻥَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﺍﻛْﺘَﺴَﺒُﻮﺍ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﺣْﺘَﻤَﻠُﻮﺍ ﺑُﻬْﺘَﺎﻧًﺎ ﻭَﺇِﺛْﻤًﺎ ﻣُّﺒِﻴﻨًﺎ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (Al-Ahzab: 58).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin surga mereka yang bisa menjaga lisannya. Beliau bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ﻣَﻦْ ﻳَﻀْﻤَﻦَّ ﻟِﻲ ﻣَﺎﺑَﻴْﻦَ ﻟِﺤْﻴَﻴْﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪِ ﺃَﺿْﻤَﻦْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” (HR. Bukhari).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian semoga bermanfaat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://muslim.or.id/29950-kebangkrutan-besar-akibat-buruknya-lisan-di-sosial-media.html</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-7687394504745056422017-05-14T06:09:00.001-07:002017-05-14T06:09:29.373-07:00Takut kepada Allah (01)<div style="text-align: justify;">
Takut kepada Allah (01)</div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama telah menjelaskan bahwa khauf itu dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu khauf ibadah, khauf yang tercela, dan khauf thabi’i. Berikut ini adalah uraiannya masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibadah Dibangun di Atas Tiga Pilar, Apa Saja?</div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama telah menjelaskan kepada kita bahwa ibadah haruslah dibangun di atas tiga pilar utama, yaitu rasa cinta (mahabbah), rasa takut (khauf), dan rasa penuh harap (raja’). Mahabbah, khauf, dan raja’ merupakan asas dan sendi ibadah. Jika ketiganya terwujud dalam diri seorang hamba, maka terwujudlah ibadah dan ibadah tersebut akan bermafaat bagi dirinya. Namun jika salah satu atau bahkan ketiganya tidak ada, maka ibadahnya akan sia-sia, meskipun dia rajin shalat atau berpuasa. [1]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan mahabbah, menyebabkan seseorang terdorong untuk melaksanakan kewajiban. Dan dengan rasa takut (khauf), menyebabkan seseorang terdorong untuk meninggalkan maksiat. Meskipun orang yang meninggalkan maksiat juga mencari ridha Allah, akan tetapi yang menjadi titik tolaknya adalah rasa takut. Jika kita bertanya,”Mengapa Engkau tidak berzina?” Maka dia akan menjawab,”Karena takut kepada Allah.” Jika kita bertanya,”Mengapa Engkau shalat?” Maka dia akan menjawab,”Karena mengharap pahala dari Allah dan karena mencintai-Nya.” [2]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keutamaa Rasa Takut (khauf) Dalam Ibadah</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat tingginya kedudukan khauf dalam Islam, maka dalam kesempatan ini kami akan membahas sedikit tentang khauf. Para ulama telah menjelaskan bahwa khauf itu dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu khauf ibadah, khauf yang tercela, dan khauf thabi’i. Berikut ini adalah uraiannya masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khauf Ibadah</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan khauf ibadah adalah rasa takut yang membuat seseorang beribadah kepada selain Allah Ta’ala atau meninggalkan kewajibannya kepada Allah Ta’ala. Artinya, seseorang takut kepada selain Allah Ta’ala, seperti patung, orang mati (penghuni kubur), dan segala yang disembah selain Allah, bahwa mereka itu akan menimpakan sesuatu yang dia takuti kepada dirinya. Sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Ta’ala tentang kaun Nabi Hud alaihis salaam, bahwa mereka berkata kepada Nabi Hud,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنْ نَقُولُ إِلَّا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (54) مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ (55)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Huud menjawab, ‘Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Oleh karena itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.’” (QS. Huud [11]: 54-55)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khauf Kepada Selain Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang musyrik menakut-nakuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan sesembahan-sesembahan mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Dan mereka menakut-nakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) selain Allah.” (QS. Az-Zumar [39]: 36)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
khauf kepada selain Allah inilah yang terjadi pada hari ini di kalangan para penyembah kubur. Mereka sangat takut kepada penghuni kubur yang mereka agung-agungkan, dan mendekatkan diri kepada penghuni kubur dengan berbuat syirik agar selamat dari kejahatannya. Mereka juga menakut-nakuti ahli tauhid kalau sampai berani mengingkari penyembahan mereka itu dan memerintahkan mereka untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa sekarang ini, para penyembah kubur mengancam orang-orang dengan mengatakan,”Wali Fulan akan menimpakan musibah kepada orang-orang yang tidak mau tunduk dan beribadah kepadanya. Musibah itu bisa terjadi pada dirinya sendiri atau pada anak-anaknya.” Kemudian, orang-orang yang bodoh pun mematuhi ucapan mereka. Sehingga mereka pun beribadah kepada kubur tersebut sesuai dengan perintahnya. Akan tetapi, tujuan utama dari para penyembah kubur tersebut adalah untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang batil. Mereka menakut-nakuti orang lain kalau sampai tidak bernadzar kepada wali fulan atau tidak mempersembahkan sejumlah harta tertentu kepada wali fulan, maka akan terjadi sesuatu pada pertanian, perdagangan, atau anak-anak mereka. Sehingga orang-orang bodoh pun mempersembahkan sesuatu dari harta mereka kepada kubur tersebut, lalu diambillah harta persembahan itu dan dibagi-bagikan di antara mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
khauf jenis pertama ini merupakan ibadah yang paling penting, dan wajib bagi seorang hamba untuk mengikhlaskannya hanya kepada Allah Ta’ala semata. Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku (Allah), jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 175).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala juga berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” (QS. Al Maidah [5]: 3)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, barangsiapa yang memalingkan khauf seperti ini kepada selain Allah, maka dia telah terjatuh ke dalam syirik akbar (syirik besar), wal ‘iyadhu billah! [3]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Bersambung]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://muslim.or.id/29873-takut-kepada-allah-01.html</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-18164787005923658422017-05-14T05:48:00.000-07:002017-05-14T05:48:21.021-07:00Tafsir Surat An-Najm 19-23<div style="text-align: justify;">
<b>Tafsir Surat An-Najm 19-23</b>: Ngalap Berkah Yang Salah (5)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulannya, kesalahan musyrikin yang disebutkan dalam Surat An-Najm: 19-23 ini ada tiga. Apa sajakah itu, simak...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Tafsiran kedua</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah kalian menganggap al-laata, al-uzza, dan manaah itu sesembahan-sesembahan perempuan dan kalian tetapkan sesembahan-sesembahan permpuan tersebut sebagai sekutu-sekutu Allah Ta’ala yang layak untuk disembah, padahal biasanya kalian merendahkan perempuan dan kalian malu jika memiliki anak perempuan”1.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(22) Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maksudnya adalah itu merupakan pembagian yang zalim dan batil. Bagaimana bisa kalian membagi untuk Rabb kalian dengan model pembagian yang kalau seandainya pembagian seperti itu diterapkan di antara makhluk saja, akan terhitung sebagai bentuk kecurangan, ketidakadilan, kebatilan dan kedunguan. Bahkan sebenarnya kalian pun juga tidak mau mendapatkan pembagian anak perempuan, tapi kalian tetapkan anak perempuan itu untuk Allah Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(23) Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Kemudian Allah berfirman mengingkari mereka terkait dengan bid’ah yang mereka ada-adakan dan perbuat, berupa kedustaan, mengada-ada dan kekufuran, dalam bentuk menyembah patung dan berhala serta menyebut patung dan berhala tersebut sebagai “sesembahan-sesembahan”, (maka Allah pun mengingkari mereka)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
maksudnya (penamaan itu hanyalah) dari diri kalian sendiri,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
maksudnya: (tidak menurunkan) hujjah (yang benar sedikit pun),</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
maksudnya: mereka tidak memiliki landasan (yang benar) kecuali sebatas berbaik sangka kepada bapak-bapak (pendahulu) mereka yang meniti jalan kebatilan sebelum mereka. Seandainya tidak demikian, tentulah penamaan itu dikarenakan mereka mengikuti nafsu mengejar kepemimpinan (kekuasaan) dan mengagungkan bapak-bapak mereka terdahulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
maksudnya: Allah telah mengutus kepada mereka para rasul yang membawa kebenaran yang terang dan hujjah yang tegas, namun kendati demikian, mereka tidaklah mengikuti petunjuk (Allah) yang sampai kepada mereka dan mereka pun tidak mau tunduk melaksanakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penutup</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa faidah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan musyrikin yang disebutkan dalam Surat An-Najm: 19-23 ini ada tiga, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak mampu menimpakan mudharat (bahaya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka memberi nama dan sifat kepada tiga sesembahan tersebut dengan nama yang diambil dari nama Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka anggap ketiga sesembahan tersebut sebagai anak-anak perempuan Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara jurus kaum musyrikin dalam melegalkan kesyirikan mereka adalah memberi nama dan sifat kepada sesembahan-sesembahan mereka dengan nama dan sifat yang mengandung kesan indah dan mengandung kekhususan Ilahiyyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Inti kesyirikan mereka adalah bahwa mereka meyakini akan memperoleh barakah dari al-laatta, al-uzza, dan manaah (tabarruk) dengan mengagungkan, berharap, dan mempersembahkan ritual ibadah kepada sesembahan-sesembahan tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada kuburan yang dikeramatkan, maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-laatta, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada pohon yang dikeramatkan, maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-uzza, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada batu yang dikeramatkan (patung), maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada manaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
[Selesai]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-43902370175393223132017-05-14T05:38:00.000-07:002017-05-14T05:42:27.392-07:00Penjelasan Hadits “Mintalah Fatwa Pada Hatimu<div style="text-align: justify;">
Penjelasan Hadits “Mintalah Fatwa Pada Hatimu”
Nabi bersabda: "Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu, karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu". Bagaimana penjelasannya?
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
“Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad no.17545, Al Albani dalam Shahih At Targhib [1734] mengatakan: “hasan li ghairihi“).
Apa maksud “minta fatwa pada hati“? Kalau seseorang dalam hatinya merasa shalat itu tidak nyaman, sulit, capek, lalu akhirnya boleh tidak shalat? Kalau seorang wanita minta fatwa pada hatinya lalu hatinya mengatakan tidak usah pakai jilbab, lalu kemudian boleh tidak pakai jilbab? Apakah patokan benar-salah itu hati atau perasaan?
Demikianlah hadits ini jika dipahami serampangan akan menimbulkan pemahaman yang keliru.
Wajibnya mengikuti dalil, bukan perasaan
Ketika dihadapkan pada suatu pilihan antara benar dan salah, seorang Muslim wajib mengikuti dalil, bukan mengikuti perasaan. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” (Qs. Muhammad: 33).
Ia juga berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang” (Qs. At Taghabun: 12).
Allah Ta’ala juga berfirman:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59).
Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan: “Allah Ta’ala memerintahkan kaum mu’minin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna, dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu: menaati Allah dan menaati Rasul-Nya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna” (Taisir Karimirrahman, 789).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, “sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi’in yang mengikuti mereka dengan ihsan” (Fathu Rabbil Bariyyah, 7).
Penjelasan para ulama
Lalu bagaimana dengan hadits di atas? Apakah menunjukkan bahwa perasaan itu bisa menentukan benar dan salah? Kita lihat bagaimana para ulama menjelaskan hadits ini.
Para ulama menjelaskan bahwa hadits ini tidak berlaku pada semua orang dan semua keadaan, melainkan sebagai berikut:
1. Berlaku bagi orang yang shalih, bukan pelaku maksiat yang hatinya kotor
Orang yang shalih, yang hatinya bersih dan masih di atas fitrah, akan resah dan bimbang hatinya ketika berbuat dosa. Maka hadits ini berlaku bagi orang yang demikian, sehingga ketika orang yang sifatnya demikian melakukan sesuatu yang membuat hatinya resah dan bimbang, bisa jadi itu sebuah dosa.
Al Munawi mengatakan:
(استفت نفسك) المطمئنة الموهوبة نورا يفرق بين الحق والباطل والصدق والكذب إذ الخطاب لوابصة وهو يتصف بذلك
“‘mintalah fatwa pada hatimu‘, yaitu hati yang tenang dan hati yang dikaruniai cahaya, yang bisa membedakan yang haq dan yang batil, yang benar dan yang dusta. Oleh karena itu disini Nabi berbicara demikian kepada Wabishah yang memang memiliki sifat tersebut” (Faidhul Qadir, 1/495).
Wabishah bin Ma’bad bin Malik bin ‘Ubaid Al-‘Asadi radhiallahu’anhu, adalah seorang sahabat Nabi, generasi terbaik yang diridhai oleh Allah. Beliau juga dikenal ahli ibadah dan sangat wara’. Maka layaklah Nabi bersabda ‘mintalah fatwa pada hatimu‘ kepada beliau.
Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:
قال: استفت قلبك) أي اطلب الفتوى منه، وفيه إيماء إلى بقاء قلب المخاطب على أصل صفاء فطرته وعدم تدنسه بشىء من آفات الهوى الموقعة فيما لا يرضى، ثم بين نتيجة الاستفتاء وأن فيه بيان ما سأل عنه
“Sabda beliau ‘istafti qalbak‘, maknanya: mintalah fatwa pada hatimu. Ini merupakan isyarat tentang keadaan hati orang yang ajak bicara (Wabishah) bahwa hatinya masih suci di atas fitrah, belum terkotori oleh hawa nafsu terhadap sesuatu yang tidak diridhai Allah, lalu Nabi menjelaskan buah dari meminta fatwa dari hati yang demikian, dan bahwasanya di sana ada jawaban dari apa yang ia tanyakan” (Dalilul Falihin, 5/34).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan:
وهذا فيمن نفسه مطمئنة راضية بشرع الله. وأما أهل الفسوق والفجور فإنهم لا يترددون في الآثام، تجد الإنسان منهم يفعل المعصية منشرحاً بها صدره والعياذ بالله، لا يبالي بذلك، لكن صاحبَ الخير الذي وُفق للبر هو الذي يتردد الشيء في نفسه، ولا تطمئن إليه، ويحيك في صدره، فهذا هو الإثم
“Ini berlaku bagi orang yang jiwanya baik dan ridha terhadap syariat Allah. Adapun orang fasiq (yang gemar melanggar syariat Allah) dan fajir (ahli maksiat) mereka tidak bimbang dalam melakukan dosa. Engkau temui sebagian orang ketika melakukan maksiat mereka melakukannya dengan lapang dada, wal ‘iyyadzu billah. Maka ini tidak teranggap. Namun yang dimaksud di sini adalah pecinta kebaikan yang diberi taufik dalam kebaikan yang resah ketika melakukan kesalahan, hatinya tidak tenang, dan sesak dadanya, maka ketika itu, itulah dosa”(Syarah Riyadish Shalihin, 3/498-499).
Maka jika kita tahu bahwa diri kita masih sering melakukan maksiat, sering melanggar ajaran Allah, sering meremehkan ajaran agama, sering ragu terhadap kebenaran ajaran agama, jangan ikuti kata hati kita. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan:
إذا علمت أن في نفسك مرضاً من الوسواس والشك والتردد فيما أحل الله، فلا تلتفت لهذا، والنبي عليه الصلاة والسلام إنما يخاطب الناس، أو يتكلم على الوجه الذي ليس فيه أمراض، أي ليس في قلب صاحبه مرض
“Jika engkau mengetahui bahwa hatimu itu penuh penyakit, berupa was-was, ragu, dan bimbang terhadap apa yang Allah halalkan, maka jangan ikuti hatimu. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di sini berbicara kepada orang yang di hatinya tidak ada penyakit hati”(Syarah Riyadish Shalihin, 3/499)
2. Berlaku bagi orang yang memiliki ilmu agama
Orang yang memiliki ilmu agama mengetahui yang halal dan yang haram. Mengetahui batasan-batasan Allah. Mengetahui hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Maka dengan ilmu yang miliki tersebut tentu ia akan merasa tidak tenang jika melakukan sesuatu yang melanggar ajaran agama. Berbeda dengan orang yang jahil yang tidak paham agama, tidak paham hak-hak Allah dan hak-hak hamba, ketika melakukan kesalahan dan dosa ia merasa biasa saja atau bahkan merasa melakukan kebenaran.
Abul Abbas Dhiyauddin Al Qurthubi mengatakan:
استفت قلبك وإن أفتوك . لكن هذا إنما يصج ممن نوَّر الله قلبه بالعلم ، وزين جوارحه بالورع ، بحيث يجد للشبهة أثرًا في قلبه . كما يحكى عن كثير من سلف هذه الأمَّة
“‘mintalah fatwa pada hatimu, walaupun orang-orang memberimu fatwa‘. ini hanya berlaku bagi orang diberi cahaya oleh Allah berupa ilmu (agama). Dan menghiasi raganya dengan sifat wara’. Karena ketika ia menjumpai sebuah syubhat, itu akan mempengaruhi hatinya. Demikianlah yang terjadi pada kebanyakan para salaf umat ini” (Al Mufhim limaa Asykala min Talkhis Kitab Muslim, 14/114).
3. Berlaku pada perkara-perkara syubhat, bukan perkara yang sudah jelas hukumnya
Sebagaimana dijelaskan Abul Abbas Al Qurthubi di atas, hadits ini berlaku pada perkara-perkara yang syubhat, yang belum diketahui pasti oleh seseorang antara halal-haramnya, boleh-tidaknya. Bukan perkara-perkara yang sudah jelas hukumnya.
Oleh karena itu para ulama menggolongkan hadits ini sebagai hadits anjuran menjauhi syubhat. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad menjelaskan,
قوله: “والإثمُ ما حاك في نفسك وكرهت أن يطَّلع عليه الناس”، من الإثم ما يكون واضحاً جليًّا، ومنه ما يحوك في الصدر ولا تطمئنُّ إليه النفس، ويكره الإنسانُ أن يطَّلع عليه الناس؛ لأنَّه مِمَّا يُستحيا من فعله، فيخشى صاحبُه ألسنةَ الناس في نيلهم منه، وهو شبيه بما جاء في الأحاديث الثلاثة الماضية: “فمَن اتَّقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه”، و “دع ما يريبُك إلى ما لا يريبك”، و “إنَّ مِمَّا أدرك الناس من كلام النبوة الأولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت”
“Sabda Nabi: ‘Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan engkau tidak ingin diketahui oleh orang‘. Ada dosa yang sudah jelas hukumnya. Ada pula dosa (yang tidak jelas) yang membuat hati resah dan menyesakkan dada, dan ia tidak ingin diketahui orang-orang karena ia malu melakukannya di depan orang-orang. Ia khawatir orang-orang membicarakan perbuatannya tersebut. Maka ini semisal dengan hadits-hadits yang dibahas sebelumnya, yaitu hadits:
فمَن اتَّقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه
“barangsiapa yang menjauhkan diri dari syubhat maka ia menyelamatkan agamanya dan kehormatannya”
Dan hadits:
دع ما يريبُك إلى ما لا يريبك
“tinggalkan yang meragukan dan ambil yang tidak meragukan”
Dan hadits;
إنَّ مِمَّا أدرك الناس من كلام النبوة الأولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت
“Diantara perkataan para Nabi terdahulu yang diketahui manusia adalah: jika engkau tidak tahu malu maka berbuatlah sesukamu” (Fathul Qawiyyil Matin, 1/93).
Maka perkara-perkara seperti haramnya berbuat syirik, wajibnya memakai jilbab bagi wanita, wajibnya shalat berjamaah, wajibnya puasa Ramadhan, haramnya memilih pemimpin kafir, ini semua tidak semestinya seseorang meminta fatwa pada hatinya karena sudah jelas hukumnya.
Wabillahi at taufiq was sadaad.
***
Penulis: Yulian Purnama
</div>
blog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-29789292125325608282017-05-13T09:38:00.002-07:002017-05-13T09:49:24.085-07:00Tadabbur Alquran, Cara Dahsyat Meningkatkan ImanTadabbur Alquran, Cara Dahsyat Meningkatkan Iman
Sudah sejauh apa kita dengan Alquran? dikala iman di hati ini sudah diombang-ambingkan oleh hiruk pikuknya dunia, tidakkah kita ingin menguatkannya kembali? iman yang mampu menundukkan kesombongan, iman yang mampu menguatkan hati, dan iman yang mampu membuat air mata kembali mengalir di tiap istighfar. Bukalah Alquran, tadabburilah mutiara pelembut hati disana.
Penjelasan Tentang Iman
Membaca Al-Qur`an dan Mentadaburinya[1] adalah Cara Dahsyat untuk Meningkatkan Keimanan
Sobat, Anda Tahu kan bahwa Iman Itu Bisa Bertambah dan Berkurang?
Banyak terdapat keterangan dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang menjelaskan pasang surutnya keimanan. Di samping itu, Al-Qur’an dan As-Sunnah juga menjelaskan pemilik iman yang bertingkat-tingkat martabatnya, sebagian memiliki iman yang lebih tinggi daripada yang lain. Ada di antara mereka yang disebut assaabiq bil khairaat (terdepan dalam kebaikan), al-muqtashid (pertengahan) dan zhalim linafsihi (menzalimi diri sendiri). Ada juga al-muhsin, al-mukmin, dan al-muslim. Semua itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam satu martabat. Ini menandakan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.[2] Oleh karena itu, saat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah menjelaskan tentang keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah tentang iman, beliau mengatakan,
وَالْإِيمَانُ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ, وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ وَعَقْدٌ بِالْجَنَانِ, يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ, وَيَنْقُصُ بِالْعِصْيَانِ
“Iman adalah ucapan dengan lisan, amal dengan anggota badan, keyakinan (dan amal) hati. Ia dapat bertambah dengan sebab ketaatan, dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.”[3]
Siapa yang Gak Pengen Bertambah Imannya?
Sobat, perlu difahami bahwa menyukai perkara baik, mencintai ketaatan, pengen iman bertambah itu adalah dambaan setiap orang yang benar keimanannya. Di samping itu, menyukai keimanan merupakan anugerah dari Allah Ta’ala untuk hamba yang disayangi-Nya.
Oleh karena itu, perbanyaklah memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia menghiasi keimanan dalam hati Anda, simaklah firman Allah Ta’ala berikut ini,
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al-Hujurat: 7).
Suka Iman Bertambah Saja? Tidaklah Cukup!
Sobat, cukupkah Anda suka makanan saja, tapi setiap hari tidak mau makan? Apakah cukup Anda suka uang saja, tapi tidak mau bekerja? Anda ingin sembuh, tapi gak mau berobat? Tentu tidak bukan? Dalam agama kita, orang yang ingin berjumpa dengan Allah dan melihat wajah-Nya diperintahkan untuk beramal saleh.
Coba deh, simak Kalam Ilahi berikut ini,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya” (Q.S Al-Kahfi: 110).
Dengan demikian, tidak cukup seseorang hanya suka imannya bertambah, namun tidak mau berusaha menambah keimanannya?
Kalo mau bertakwa, ya laksanakan perintah Allah. Mau iman naik? Ya lakukan ketaatan kepada Rabb Anda!
Cara Dahsyat Meningkatkan Keimanan!
Syaikh Prof. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah di dalam kitabnya Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi menyebutkan tiga cara dahsyat dalam meningkatkan keimanan, yaitu:
Mempelajari ilmu yang bermanfaat, di antaranya adalah membaca Al-Qur`an dan mentadaburinya, mempelajari nama dan sifat Allah Ta’ala, memperhatikan keindahan agama Islam, membaca sirah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membaca kisah Salafush Shaleh.
Memperhatikan ayat-ayat Allah yang kauniyyah.
Bersungguh-sungguh dalam beramal saleh, baik dengan hati, lisan, maupun anggota tubuh lahiriyah, termasuk berdakwah di jalan Allah Ta’ala dan menjauhi sebab-sebab yang mengurangi keimanan.
Sumber: https://muslim.or.id/29926-tadabbur-alquran-cara-dahsyat-meningkatkan-iman.htmlblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-42337122832507433622017-05-13T09:29:00.000-07:002017-05-13T09:49:05.489-07:00Metode Berdakwah Kepada Non-Muslim (4)<b>Metode Berdakwah Kepada Non-Muslim (4)</b>
Kelompok kedua ini terbagi-bagi lagi menjadi bergolong-golongan, sesuai dengan aliran kekufuran dan kebatilannya. Namun secara global, mereka terbagi menjadi lima golongan
Sumber: https://muslim.or.id/29573-metode-berdakwah-kepada-non-muslim-4.html
Non Islam disebut sebagai orang-orang kafir, karena setiap orang yang tidak beragama Islam, maka pastilah ia kafir. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
(19) Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (QS. Ali Imraan: 19).
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(85) Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS. Ali Imraan: 85).
Kelompok kedua ini terbagi-bagi lagi menjadi bergolong-golongan, sesuai dengan aliran kekufuran dan kebatilannya. Namun secara global, mereka terbagi menjadi lima golongan, yaitu:
<b>1. Malahidah (Ateis)</b>
Malahidah adalah orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah dan mengingkari Rububiyyah-Nya, seperti kelompok zaman dahulu yang bernama dahriyyin. Mereka adalah orang yang ideologinya Allah sebutkan dalam Alquran
إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
(37) Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan lagi (QS. Al-Mu`minuun: 37).
Demikian pula kelompok modern, seperti komunis. Mereka adalah orang-orang yang punya selogan tak ada tuhan dan kehidupan itu sekedar materialistik belaka. Mereka mengingkari keberadaan Allah dan seluruh perkara gaib, seperti hari kebangkitan, hisab, surga dan neraka, dan perkara yang semisalnya.
<b>
2. Musyrikin</b>
Mereka adalah para penyembah berhala, patung dan segala sesuatu selain Allah. Mereka menyembah selain Allah disamping menyembah-Nya juga. Mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Mereka mencintai sesembahan selain Allah sebagaimana mencintai-Nya, dan mempersembahkan ibadah kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
(165) Dan di antara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) (QS. Al-Baqarah: 165).
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
(3) Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih tentangnya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az-Zumar: 3).
Adapun mereka ini tidaklah mengingkari keberadaan Allah dan tidak pula mengingkari bahwa Allah lah Sang Pencipta segala sesuatu, bahkan mereka beriman bahwa Allah lah yang menciptakan alam semesta, memberi rezeki makhluk-Nya dan mengatur seluruh makhluk-Nya, namun mereka mengambil perantara antara mereka dengan Allah, mereka berdoa kepada perantara tersebut, istighatsah kepadanya dan mempersembahkan peribadahan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
(18) Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya, baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu) (QS. Yunus: 18).
[Bersambung]
Sumber: https://muslim.or.id/29573-metode-berdakwah-kepada-non-muslim-4.htmlblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1203330077656125036.post-62780786690018565262017-05-13T08:45:00.002-07:002017-05-13T08:45:58.618-07:00Kisah Nyata dari Negri Sebrang<b>Kisah Nyata dari Negeri Seberang</b>
Syaikh Shalih Alu Syaikh hafidzahullah bercerita tentang pengalaman salah seorang santri ketika berada di Mesir. Pada suatu ketika, santri tersebut naik taksi di kota Qantha, suatu kota yang terkenal di Mesir karena di situ terdapat makam seorang wali bernama Sayyid Badawi. Bagi masyarakat Qantha, Badawi adalah wali yang diagung-agungkan, dan mereka pun memberi sifat kepada Badawi dengan sifat-sifat yang hanya berhak dimiliki oleh Allah Ta’ala.
Di tengah perjalanan, ada seorang anak kecil yang meminta sedekah. Santri tersebut kemudian memberinya sejumlah uang. Anak kecil tersebut kemudian bersumpah atas nama Badawi agar diberi uang yang lebih banyak lagi. Karena termasuk adat di kota Qantha, apabila ada yang bersumpah dengan menyebut Badawi seperti anak kecil itu, maka tidak ada yang berani menolaknya. Mereka takut tidak menunaikan hak Sayyid Badawi.
Santri tersebut -yang tentunya paham tauhid- berkata,”Kembalikan uang yang aku beri tadi. Karena Engkau bersumpah dengan Badawi, maka aku tidak akan memberimu sedikit pun. Karena bersumpah dengan selain Allah termasuk syirik.” Anak itu menyangka bahwa ia akan diberi tambahan uang, namun ternyata justru uangnya yang diminta kembali.
Seketika itu wajah sopir taksi yang ditumpanginya berubah menjadi ketakutan. Pada saat meneruskan perjalanan, tidak henti-hentinya sopir tersebut berkata,”Lindungilah! .. Lindungilah! ..” Santri tersebut bertanya,”Engkau bicara dengan siapa?” Sopir menjawab,”Engkau telah menghina Badawi. Aku mendoakanmu agar kita mendapatkan perlindungan. Jika tidak, maka kita akan mendapat musibah. Badawi akan menimpakan musibah kepada kita, karena kita telah menghinanya.”
Dia sangat ketakutan. Hal itu terlihat di sepanjang perjalanan yang mencapai lebih dari 100 kilometer, dia tidak henti-hentinya berkata,“Lindungilah!” Ketika sudah sampai di tujuan dengan selamat, maka santri tersebut memandang sopir taksi dan berkata,”Mana sesuatu yang kamu takutkan, bahwa sesembahanmu itu akan berbuat ini dan itu?” Maka dengan santainya si sopir menjawab,”Pada asalnya, Sayyid Badawi itu orang yang penyayang.” [1]
Demikianlah kondisi orang-orang musyrik, dalam hatinya tertanam rasa takut kepada sesembahan-sesembahannya, rasa takut yang selayaknya hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala semata. Jelaslah bagi kita bahwa para penyembah kubur wali sangat takut apabila tidak menunaikan hak sesembahannya itu atau bahkan menghinanya, maka dia akan tertimpa sesuatu. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari itu semua.
Khauf yang Tercela dan Khauf Thobi’i
khauf yang tercela (khauf madzmum) adalah seseorang meninggalkan perintah Allah, misalnya amar ma’ruh nahi munkar dan berdakwah kepada-Nya, karena takut orang lain akan menyakitinya atau mencelakainya. Ini adalah khauf yang hukumnya haram, dan merupakan salah satu bentuk syirik kecil.
Adapun yang dimaksud dengan khauf thabi’i adalah rasa takut yang wajar, dan tidak sampai menyebabkan seseorang mendekatkan diri (beribadah) kepada sesuatu yang ditakuti atau sampai meninggalkan kewajiban. khauf ini hukum asalnya adalah mubah (tidak mengapa). Misalnya takut kepada musuh, binatang buas, api, dan sejenisnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala ketika bercerita tentang Musa,
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
”Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut yang menunggu-nunggu. Dengan khawatir, dia berdoa,’Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.’” (QS. Al Qashash [28]: 21) [2]
Akan tetapi, jika khauf thabi’i ini sampai menyebabkan seseorang meninggalkan kewajiban atau mengerjakan sesuatu yang haram, maka hukumnya menjadi haram. Misalnya seseorang merasa takut terhadap sesuatu, padahal sesuatu itu sebenarnya tidak membahayakan dirinya, dan rasa takutnya itu menyebabkan dia meninggalkan shalat berjamaah, padahal hukumnya wajib. Maka rasa takut seperti ini hukumnya haram.
Contoh lain, jika ada seseorang mengancam untuk melakukan hal yang haram, dan dia takut kalau tidak melaksanakannya, maka khauf seperti ini hukumnya juga haram. Karena takutnya itu menyebabkan dirinya mengerjakan hal yang haram tanpa udzur. Selain itu, ada yang disebut dengan waham, dan bukan khauf. Misalnya seseorang melihat bayangan pohon yang bergerak di waktu malam, lalu dia menyangka bahwa itu adalah musuh atau hantu yang akan mencelakakannya. Tidak sepantasnya seorang mukmin memiliki perasaan semacam ini, dan hendaknya dia membuangnya jauh-jauh. [3]
Demikianlah sedikit pembahasan tentang khauf kepada Allah, semoga bermanfaat bagi kita semua. Kita berdoa kepada Allah Ta’ala agar memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih tauhidnya dan jauh dari kesyirikan. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka. Amiin. [Selesai]
Sumber: https://muslim.or.id/29958-takut-kepada-allah-kisah-nyata-dari-negeri-seberang-02.htmlblog tentang tips teknologihttp://www.blogger.com/profile/04169631946865103515noreply@blogger.com0